Dari tulisan sebelumnya saya sudah menuliskan bahwa dari jejak literatur ilmuwan di abad I Masehi, yaitu Claudius Ptolemaeus, telah tercatat ada sebuah negara yang tak lagi hanya mengandalkan ekonominya dari sektor pertanian saja melainkan juga dari sektor industri hilirisasi produk-produk berbahan perak. Dan negara itu disebut "Negara Perak", atau Argyre dalam bahasa Yunani. Terletak di Iaba-diu = Yava Dipa / Jawa Dwipa, Pulau Jawa.
Claudius Ptolemaeus juga menyebutkan letaknya di Pulau Jawa adalah di ujung baratnya.
Beberapa ilmuwan menduga lokasi yang dimaksud adalah Pandeglang. Berasal dari Pande-gelang. Kaum cerdik pandai pembuat gelang.
Selain dari jejak literatur ilmuwan Yunani di abad I tersebut, literatur dari negeri China pun mencatat bahwa pernah ada utusan dari "Yetiao" di masa Dinasti Han Timur, yaitu di abad I, tahun 25-220 Masehi.
Catatan di China itu disusun oleh Fan Ye (398-445 M) dalam jilid 6 Kitab Han Akhir (Hou Han Shu).
Dituliskan bahwa pada bulan 12 tahun ke-6 pemerintahan Kaisar Shun (131 M), negeri Yetiao mengirimkan utusan dan mempersembahkan upeti kepada Dinasti Han Timur.
Yetiao merupakan transkripsi dari Jap Div, yang berarti Yavadvipa (Jawa Dwipa alias Pulau Jawa).
Hal ini dijelaskan oleh Paul Pelliot, peneliti tentang China, dalam tulisannya di buletin l'Ecole Francais d'Extrime-Orient, Vol. 4 No1/2 tahun 1904.
Maka jelas, tak saja dari catatan ilmuwan Yunani di masa Romawi, juga ditambah dari catatan kerajaan China pada tahun 131 Masehi (abad I) bahwa memang ada sebuah negara di Jawa Dwipa, yang ditandai dengan diterimanya utusan dari kerajaan di Jawa membawa upeti untuk Kaisar Shun.
Bentuk negara kerajaan ini jelas menjadi bukti bahwa inilah negara kerajaan yang lebih awal eksis dan berjaya jauh ratusan tahun sebelum Kerajaan Kutai, yang selama ini dianggap sebagai kerajaan tertua/pertama di Nusantara.