Hari Mukti menyanyikan Lintas Melawai, itu saat era di mana kawasan Blok M menjadi tempat anak muda ngeceng. Nongkrong, hang out, gaul. Saat itu belum banyak mal-mal di Jakarta.
Itu di epicentrum anak gaul Jakarta which is literally di Jaksel.
Sementara masa itu di pusat kota, tak jauh dari ring 1 negara besar ini, Sarinah menjadi primadona anak muda nongkrong, sempat ada bioskop 21 yang paling bagus di Jakarta, lalu disusul dibukanya Hard Rock Cafe Jakarta, yang kerap banyak bintang nasional dan international pentas di sana, jedag jedug menikmati live music sambil makan dan minum.Â
Kalo gw minum doang biasanya, cuma bisa ngiler sama makanannya aja waktu itu, Chicken Wings sepiring gede, hehehe.... sambil mikir, kapan ye gw bisa pesen itu... :D
McD Sarinah akhirnya menjadi simbol Sarinah itu sendiri. Ia bagai sugar daddy bagi Sarinah, yang memberikan uang paling besar bagi Sarinah selama 20 tahun. Sarinah pun tenggelam, di balik M kuning besar si Ronald.
Jika pada era ngeceng di Blok M, Sarinah masih terhitung sebagai pusat perbelanjaan paling keren di Jakarta, dan para developer-developer mal belajar membangun mal dari Sarinah, seiring waktu, mal-mal justru terbangun jauh lebih megah, lebih mewah, lebih canggih dengan daya tarik lebih besar dari Sarinah.Â
Padahal awal dibangunnya Sarinah di jaman Presiden Soekarno, escalator dan lift pertama di Indonesia, ada di Sarinah. Saat masih belum ada pusat perbelanjaan yang canggih di Jakarta.
Sarinah seperti ada tapi tiada. Orang-orang ke Sarinah tak lagi bertujuan untuk belanja, tapi ke McD atau meet up di beberapa cafe di sana.
Di masa awal pandemi covid19, McD akhirnya hengkang dari Sarinah. Tak hanya McD, semua tenant juga tutup. Karena covid? Utamanya memang saat ini Sarinah akan melakukan "reset", restart, new begining of Sarinah. Melepaskan keterlenaan pemasukan besar dari sugar daddynya, si Ronald.
Ke mana Sarinah akan menuju sekarang?