Mohon tunggu...
Tomy Bawulang
Tomy Bawulang Mohon Tunggu... Human Resources - Pembaca

Pendengar, Penyimak, , dan Perenung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pilkada Manado: Imba yang Dulu dan Imba yang Sekarang

23 Oktober 2015   22:56 Diperbarui: 24 Oktober 2015   10:27 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Imba identik dengan 'prestasi' membersihkan pusat kota Manado dari kesemrawutan. Jaman Imba pusat kota yang sudah bertahun tahun semrawut bisa dibersihkan, terutama dari pedagang kaki lima yang bandelnya bisa menghabiskan stok kesabaran. Saya ingat betul joke yang sempat beredar tentang keberanian Imba menertibkan gerombolan pedagang kaki lima yang sangat sulit ditertibkan. Suatu ketika Imba di tanya wartawan: “Apa bos nda tako kalo kaki lima mo demo?” Jawab Imba tegas, “Sedang kaki saribu kita nda tako apale kaki lima"
 Imba memang pribadi yang tegas dan ‘popo’... alias tidak takut siapapun. Keberpihakan Imba pada rakyat kecil juga cukup melegenda dan ini yang membuat beliau begitu berkarisma dikalangan pendukung fanatiknya. Imba, dengan tampilan wajah tegas dilengkapi janggut lebat dan tubuh yang super jumbo diidentikan sebagai ‘Panglima’. Image ini diperkuat dengan nama aslinya “Rimba” yang membuat Image imba dipatenkan menjadi ‘Panglima Rimba’. Meski tersandung kasus korupsi dan sempat menjadi nara pidana, karisma politik ‘Panglima Rimba’ ini masih cukup mumpuni yang membuat partai Golkar, PAN, dan PPP kepincut untuk memajukan Imba sebagai calon walikota Manadodi Pilkada 2015.  Saya mencoba memetakan kategori pendukung Imba dari aspek rasionalitas. Menurut saya setidaknya ada tiga kategori yang merupakan komposisi ‘rasionalitas’ yang berpotensi memilih Imba. Pertama adalah kelompok pendukung fanatik (Irasional). Bagi pendukung fanatisme Imba, memilih Imba adalah wajib hukumnya. Bagi kelompok pemilih ini, ‘sekali Imba tetap Imba’ segencar apapun pihak lawan politik Imba menggunakan isu 'dosa' korupsi masa lalu. Kelompok ini tidak membutuhkan rasional yang kuat untuk menentukan pilihan. Kelompok ini tidak akan mudah diiming imingi untuk berpindah kelain hati karena ini termasuk kelompok terdekat lingkaran Imba (keluarga, sahabat, simpatisan dan fans radikal).  Kelompok kedua adalah Coersive-rational. Kelompok ini adalah pemilih yang (bakalan) memilih imba krn pengaruh mesin partai (atau perintah partai) atau memilih Imba karena faktor lain diluar personal Imba. Termasuk kelompok fans dan lingkaran dekat Boby Daud yang memilih Imba karena Boby Daud. Kelompok ini juga kemungkinan sulit berpindah (bukan tidak mungkin). Kelompok ketiga adalah kelompok yang ‘quasi-rasional’. Saya menyebutnya “Quasi” krn rasionalnya tidak utuh. Kelompok ini melandaskan rasional memilih Imba karena efek ‘nostalgia’ keberhasilan Imba yang saya sebut diatas. Termasuk yang sangat ‘spektakuler’ adalah menertibkan wajah pusat kota.  Jika saya memiliki hak pilih di kota Manado, kemungkinan saya akan masuk kelompok ketiga. Bagi saya, kesemrawutan kota Manado saat ini sudah pada titik akut. Butuh figur seperti Imba untuk menata kesemrawutan. Figur incumbent walikota yang maju lagi kali ini tidak memiliki jaminan untuk bisa memenuhi harapan ini jika melihat bukti kinerjanya selama ini. Kesemrawutan Kota pasca Imba justru memuncak disaat kepemimpinan beliau. Figur alternative lain pun belum tentu mampu karena belum teruji secara empiris. Tapi kemudian saya kembali bertanya: Apa figur Imba hari ini akan sama dengan figur Imba masa lalu? Jawaban saya: Tidak! Imba hari ini bukan lagi Imba masa lalu.  Kenapa? Dari analisis konfigurasi element yang ada dibalik Imba, Sepertinya Panglima Rimba yang ditampilkan kali ini adalah seorang Panglima yang tak lagi seperkasa dulu jika dia berkuasa. Konflik dan gesekan kepentingan dari konfigurasi element element yang ada dibalik Imba bakalan tidak memberi keleluasaan bergerak seperti Imba dimasa lalu. Anda boleh setuju boleh tidak, itu pilihan. Namun Jika saya memiliki hak pilih di Kota Manado,.. sepertinya saya tidak ingin terjebak untuk memimpikan keperkasaan Panglima Rimba seperti yang dulu lagi. Karena Imba meski secara personal adalah Imba yang dulu, namun sekali lagi konfigurasi kepentingan dibalik Imba akan membuat Imba hari ini bukan seperti Imba yang dulu.   Disclaimer: Tulisan ini merupakan tulisan opini pribadi dan hendaknya tidak dipolitisir oleh siapapun yang membacanya. Salam pemilih cerdas. TB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun