Sejak kecil saya suka bola, sepak bola maksudnya. Di usia remaja bahkan sempat jadi pemain sebuah klub sepakbola di kampung, posisi gelandang serang. Jelang pemuda, mimpin Karang Taruna sebuah desa, Haur Pusaka namanya. Salah satu andalan kegiatan karang taruna ini juga sepakbola. Dan nama Haur Pusaka itu kemudian sekaligus menjadi nama klub sepakbola. Lumayan top dan berprestasi untuk ukuran Kecamatan kala itu.
Minat saya pada sepakbola terus mengalir hingga umur setua ini. Tapi menulis tentang sepakbola, seumur hidup baru sekarang. Ini juga gegara notifikasi kompasiana di akun saya, yang mengabarkan Topik Pilihan: Jadi Lebih Baik Lawan Irak atau Guinea?Â
Nah, soal notifikasi ini, melipir sebentar. Saya agak heran, tidak biasanya admin mengirim notifikasi tentang Topik Pilihan. Soal sepakbola pula. Isu yang tidak pernah saya tulis di media manapun, termasuk di kompasiana ini, meski saya suka sepakbola dari dulu.
Tapi saya kemudian buru-buru sadar, lalu mencoba menebak-nebak secara spekulatif. Boleh jadi notifikasi itu muncul di akun saya karena sehari sebelumnya saya mendapat anugrah "Centang Biru" (berkat saran taktis Itha Abimanyu, salah satu penyair panutan). Benarkah demikian, sahabat kompasioner mungkin ada yang bisa mengonfirmasi tebakan spekulatif ini.
Â
Mengapa Wajib Memilih Iraq?Â
Balik lagi ke urusan sepakbola. Jadi, mau pilih lawan yang mana: Iraq atau Guinea? Tentu saja Iraq. Mengapa wajib memilih Iraq? Berikut ini argumentasinya, argumentasi non- teknikalitas sudah pasti, karena saya bukan analis sepakbola. Ohya, maksud "memilih Iraq atau Guinea" ini tentu berkenaan dengan fokus dan target memenangi laga. Â
Pertama, menjadikan Iraq sebagai pilihan fokus dan target memenangi laga berkaitan dengan soal momentum. Lawan Iraq itu nanti malam, tinggal dalam hitungan jam. Saat ini, ghiroh dan vibes bertarung Witan dan kawan-kawan sedang moncer-moncernya.
Demikian pula dengan performa tim. Tinggal memoles beberapa titik lemah ketika lawan Uzbekistan kemarin, saya yakin performa timnas bisa segera recovery, dan pulih seutuhnya seperti ketika lawan Jordania atau Korsel.
Dan yang tidak kalah penting adalah gairah dukungan dan doa-doa militan dari seluruh bangsa Indonesia, yang saat ini sedang memuncak. Menghadirkan momentum selengkap ini bukan perkara mudah, karena itu ia harus disyukuri dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dan saat ini, lawan Iraq, adalah waktu yang tepat untuk memaksimalkannya.