Salah satu aktifitas mulia dan secara masif dilakukan kaum muslimin di bulan Ramadhan ini adalah Tadarus Al Quran. Ada yang melakukannya sendiri di berbagai kesempatan secara random, ada juga yang terjadwal misalnya ba'da sholat subuh atau menjelang maghrib sambil ngabuburit. Ada pula yang dilakukan bareng-bareng di mesjid dan mushola, biasanya usai sholat Tarawih dan sekedar membaca serta mendengarkan.
Tadarus sendiri berasal dari kata "darosa" (Bahasa Arab), artinya mempelajari, menyimak, atau mengkaji. Pada umumnya para Ulama memaknai Tadarus sebagai aktifitas ritual sekaligus belajar bersama dalam bentuk membaca dan menyimak Al Quran. Karena itu Tadarus dilakuan oleh sekurang-kurangnya dua orang; dimana satu orang membaca, dan satunya lagi menyimak.Â
Namun jika mengikuti pandangan Ibnul Qayyim dalam kitab Miftah Daar As-Sa'adah, belajar dan mengajarkan Al Quran, mencakup dua aspek. Pertama, mempelajari dan mengajarkan huruf-hurufnya. Kedua mempelajari dan mengajarkan maknanya. Artinya Tadarus tidak hanya membaca dan menyimak bacaan, melainkan juga mempelajari, menyimak dan memahami maknanya.
Sejalan dengan pandangan Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah yang mengatakan bahwa "Al-Qur'an itu diturunkan untuk tiga tujuan, yakni beribadah dengan membacanya, memahami maknanya dan mengamalkannya"
Tradisi Nabi bersama Malaikat Jibril
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam bukhori dari Ibnu Abbas dikatakan:
"Rasulullah saw adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril 'alaihissalam menemuinya, dan Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah SAW adalah orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus." (HR. Bukhari)
Dalam konteks Tadarus Al Quran, hadits ini menjelaskan dua hal. Pertama, bahwa setiap malam di sepanjang Ramadhan malaikat Jibril mengunjungi Nabi SAW untuk mengajarkan Al Quran, baik cara membaca maupun isi kandungannya. Dalam hal ini para Ulama menjelaskan, Jibril mengajari sekaligus "memeriksa" secara rutin dan berulang hafalan Al Quran dan pemahaman beliau terhada isi kandungannya. Dalam bahasa metodoligis cara ini lazim disebut "Muroja'ah".
Kedua, Tadarus Al Quran dilakukan oleh sekurang-kurangnya dua pihak sebagaimana dilakukan oleh malaikat Jibril dan Nabi SAW. Jibril dalam posisi sebagai "mentor atau pengajar", dan Nabi SAW sebagai "murid atau pembelajar".
Demikianlah kemudian yang dilakukan oleh Rosulullah dengan para sahabat baik di luar bulan Ramadhan atau dalam aktifitas keseharian beliau sebagai Nabi dan Rosul.