Minggu malam Surya Paloh bertemu Presiden Jokowi di Istana. Sore sebelum pertemuan itu, kabar yang tersiar Jokowi mengundang Surya Paloh. Tetapi pasca pertemuan, Kordinator Stafsus Presiden, Ari Dwipayana mengungkapkan bahwa pertemuan itu atas pemintaan Surya Paloh.
Kabar mana yang benar, tidak terlalu penting. Maksudnya tidak penting dilacak saat ini, toh dalam beberapa hari kedepan juga kebenaran akan menyatakan dirinya sendiri. Lagi pula, dalam jagat komunikasi politik para elit Indonesia, model-model inkonsistensi, hipokritas, ambiguitas dan kontradiksi dalam pernyataan-pernyataan verbal seperti ini sudah biasa. Jadi, abaikan saja. Dan mari kita fokus pada susbstansinya, yakni pertemuan itu sendiri.
Bukan Pertemuan Biasa
Pertemuan Surya-Jokowi di tengah situasi politik elektoral yang masih panas saat ini pastinya bukan pertemuan biasa. Kedua tokoh ini merupakan figur kunci yang sangat menentukan di masing-masing kubu kontestasi Pilpres. Surya bisa dibilang King Maker-nya Anies-Gus Imin, Jokowi King Maker-nya Prabowo-Gibran.
Ari Dwipayana mengonfirmasi bahwa pertemuan kedua tokoh itu antara lain membicarakan masalah kebangsaan termasuk dinamika kepolitikan Indonesia saat ini. Pada bagian ini informasi yang dikemukakan Ari pasti sahih. Karena tidak mungkin keduanya sekedar ketemu, minum teh bareng dan ngerumpi perkara remeh-temeh. Pasti ada urusan penting politik kenegaraan yang mereka bicarakan.
Saya membaca pertemuan Surya-Jokowi kemungkinan besar adalah membicarakan, atau lebih tepatnya penjajagan soal kemungkinan reunifikasi politik antara Surya-Nasdem dengan Jokowi-Kubu Prabowo setelah sekian bulan berada dalam posisi saling bersebarangan di arena politik elektoral.
Dari sisi Jokowi terutama, reunifikasi politik itu penting sebagai langkah awal dalam menyiapkan pemerintahan baru nanti. Dalam konteks ini Jokowi kemungkinan mengajak Surya-Nasdem untuk bergabung dalam koalisi pemerintahan baru nanti. Bagi Paslon terpilih nanti, termasuk misalnya jika Parbowo-Gibran yang akhirnya dilantik, koalisi penerintahan ini penting untuk memastikan ketercukupan dukungan politik dari parlemen.
Tanpa dukungan politik parlemen yang memadai, pemerintahan baru tidak akan mudah menjalankan kebijakan dan program-programnya, termasuk janji-janjinya kepada rakyat pada masa kampanye. Dan Surya Paloh nampaknya menjadi pilihan pertama target manuver Jokowi untuk menyiapkan koalisi pemerintahan baru nanti.
Tiga AlasanÂ