Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Pamungkas, Pesan untuk Presiden: "Saatnya, Exit the Game!"

6 Februari 2024   19:40 Diperbarui: 7 Februari 2024   19:18 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agak berbeda suasananya, debat Pilpres pamungkas minggu malam lalu berlangsung relatif sejuk. Ketiga kandidat Presiden tampil kalem, peaceful, tanpa kehilangan daya kritis dan obyektifitas terutama saat sesi menjawab pertanyaan para Panelis dan sanggah menyanggah antar kandidat.

Di sisi lain substansi debat sebagai forum elaborasi, eksplorasi dan pendalaman dialektik terkait isu-isu strategis sesuai tema yang disiapkan KPU juga tetap terjaga marwah kelasnya. Beberapa permasalahan aktual bahkan berhasil dibedah hingga publik memahami secara utuh.

Memang banyak warganet yang menilai suasana debat pamungkas itu  "turun derajatnya". Ada yang menyebut suasana debat mirip diskusi kelompok mahasiswa, rapat kerja di kantor dinas, atau musyawarah mufakat di balai desa.

Beberapa pengamat bahkan ada yang menyebut semua Capres cari aman, termasuk Anies dan Ganjar yang biasanya tampil garang menyerang frontal Jenderal Prabowo, lebih banyak menebar senyum. Sebaliknya, Prabowo yang baperan di setiap kesempatan kampanye di berbagai daerah, curhat habis ke basis masanya, tadi malam juga tampil adem. Proficiat untuk semua kandidat.

Refleksi dan Colling Down

Saya sendiri punya pandangan lain. Husnudzon, sangka baik saya, suasana debat yang sejuk itu bukan tanpa "disiapkan" secara diam-diam oleh masing-masing kubu Paslon. Hakul yakin, masing-masing kubu berusaha tengah melakukan dua hal dalam debat pamungkas itu.

Pertama, masing-masing kubu dengan sadar menjadikan sesi debat terakhir itu sebagai forum refleksi, muhasabah. Refleksi atas debat-debat sebelumnya, juga kampanye-kampanye terbuka di berbagai daerah di pelosok tanah air, yang telah menguras bukan saja pikiran dan tenaga, tetapi juga emosi.

Tentu saja, karena ini dalam situasi kontestasi dan kompetisi, upaya refleksi itu mereka lakukan untuk kepentingan insentif elektoral masing-masing. Mereka boleh jadi sudah merasa yakin bahwa pasar pemilihnya sudah terbentuk dan ini harus dijaga. Mengumbar cara-cara agresif dan kontra-agresif dalam debat terakhir itu dikhawatirkan justru menjadi bumerang, menjadi arus balik antipati yang berdampak pada migrasinya pemilih ke Paslon lawan.

Kedua, lebih sebagai harapan saya selaku warga negara. Sebelum debat pamungkas digelar, masing-masing kubu mungkin merasakan aura psikologi politik yang mendidih  panas di tengah masyarakat. Situasi demikian tentu berbahaya jika kemudian terus dikompori, dan debat adalah kompor yang dengan mudah dapat membuat suasana semakin panas.

Potensi pembelahan sosial dan pertengkaran horisontal sudah di depan mata, dan ini harus dicegah. Ini kira-kira yang mereka pikirkan, setidaknya yang saya harapkan mereka pikirkan. Maka colling down, ikhtiar mendinginkan suasana adalah pilihan bijak yang harus dilakukan oleh masing-masing kubu Paslon. Jika ini benar kita patut bersyukur, ketiga kubu atau lebih speisifk lagi, ketiga kandidat Presiden masih memiliki watak kenegarawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun