Selain menyangkut tiga aspek tersebut, polling juga menanyakan tingkat kepuasan responden terhadap para kandidat dalam debat Pilpres ketiga. Hasilnya Ganjar mengungguli Anies dan Prabowo dengan perolehan angka sebesar 79.7 persen. Sementara Anies memperoleh angka kepuasan sebesar 71.4 persen, dan Prabowo lagi-lagi terpaut jauh di posisi juru kunci dengan perolehan angka 48.9 persen.
Tetapi ada temuan menarik dari polling ini. Bahwa sebanyak 77.5 persen responden menjawab akan tetap memilih Paslon yang sudah mereka tetapkan sebelum debat ketiga digelar. Artinya, bagi mereka debat ketiga ini tidak memberi pengaruh apapun. Mereka setia dengan Paslon yang sudah ditarget akan dipilih sebelum debat ketiga dilaksanakan. Adapun responden yang menyatakan akan mengubah pilihan hanya sebanyak 10.5 persen, dan sisanya 12 persen menjawab tidak tahu.
Pengaruh DebatÂ
Soal pengaruh debat terhadap dinamika preferensi pemilih memang debatable. Secara kualitatif, kegiatan debat nampaknya memang tidak akan memberi pengaruh signifikan terhadap dinamika (perubahan, pergeseran) preferensi pemilih. Terutama pada segmentasi pemilih berikut ini.
Pertama, pemilih tradisional yang karakteristik dan orientasi preferensi pilihannya sangat dipengaruhi oleh pola-pola budaya politik parokial. Mereka adalah para pemilih yang secara elektoral tidak cukup literate.
Kedua, pemilih fanatik yang jauh sebelum debat digelar sudah memutuskan Paslon mana yang akan dipilih. Mereka adalah para pemilih yang corak orientasi dan preferensi pilihannya dipengaruhi oleh alasan-alasan "ideologis" dan/atau sentimen-sentimen primordial dan emosional tertentu.
Ketiga, pemilih yang tidak terlalu familiar dengan penggunaan media, baik media mainstream maupun media sosial, sebagai sarana untuk menyerap informasi-informasi politik keseharian, khususnya terkait berita dan opini seputar Pemilu.
Namun demikian, ketiga kategori segmen pemilih itu tidak otomatis bakal statis dan pasti tidak bisa diubah. Bagaimanapun mereka juga tidak berada di ruang yang benar--benar hampa atau steril dari dinamika elektoral. Pengaruh lingkungan (keluarga, kerabat, tetangga, pertemanan) sedikit banyak tetap potensial bisa mengubah sikap dan pilihan politik mereka.
Tinggal bagaimana tim pemenangan, juru kampanye, influencer, simpatisan dan para pendukung masing-masing kandidat bergerilya memperjuangkan jagoannya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H