Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Di Balik Sikap Gamang PDIP dan Ganjar-Mahfud

18 Desember 2023   13:20 Diperbarui: 20 Desember 2023   11:08 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat mengambil nomor urutundian nomor urut pada Rapat Pleno Terbuka Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Capres dan Cawapres Pemilu Tahun 2024. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta via KOMPAS.com

Sementara itu, publik sendiri nampaknya banyak yang melihat manuver-manuver klaim sepihak itu justru merendahkan "dignity", harga diri, harkat dan martabat PDIP sendiri sebagai partai terbesar saat ini. Se-takberdaya inikah PDIP? Bagaimana membaca dan menafsirkan kegamangan ini?

www.tribunnews.com
www.tribunnews.com

Capaian Pemerintah yang Tidak Bisa Diklaim

Ada tiga kemungkinan argumen yang melatarbelakangi mengapa PDIP dan partai-partai koalisi pendukung Ganjar-Mahfud mengalami kegamangan akut menghadapi kontestasi Pilpres yang kian mendekati puncak.

Pertama, PDIP (dalam konteks argumen ini partai koalisinya tidak memiliki arti apapun untuk disertakan) berpikir bahwa capaian-capaian program pemerintahan Jokowi-Ma'ruf yang telah dirasakan oleh rakyat sejatinya merupakan program milik PDIP. Setidaknya program-program itu lebih banyak dipersiapkan dan didesain oleh PDIP sebagai partai pengusung utama Jokowi-Ma'ruf di Pemilu 2019.

Oleh sebab itu sangat bisa difahami jika kemudian PDIP merasa lebih berhak atas capaian-capaian itu, lebih berhak pula atas posisi Jokowi dan dukungan politik elektoralnya di Pemilu 2024 sebagai momentum transisi untuk melanjutkan capaian-capaian program itu.

Argumen itu semakin kuat jika variabel relasi PDIP dan karir politik Jokowi disertakan. Dalam pikiran PDIP, sejak posisi sebagai Walikota Solo, naik menjadi Gubernur DKI hingga memuncaki posisi politik di republik ini, Jokowi itu "bukan siapa-siapa" tanpa PDIP. Prabowo dan koalisi pendukungnya adalah aktor-aktor baru dalam perjalanan sejarah karir politik Jokowi.

Sialnya, saat ini semua capaian program pemerintahan Jokowi-Ma'ruf itu seolah menjadi milik kubu Prabowo-Gibran, dan dengan cerdik dimanfaatkan pasangan ini untuk meraih insentif elektoral bermodalkan dukungan Jokowi.

Arus deras suara pendukung Jokowi 

Faktor kedua yang memicu kegamangan PDIP dan partai koalisi pendukung  kubu Ganjar-Mahfud nampaknya tidak lepas dari hasil pemetaan potensi suara oleh lembaga-lembaga survei dalam beberapa pekan terakhir.

PDIP (dan koalisinya) nampaknya sadar dan percaya betul dengan hasil pemetaan suara oleh lembaga-lembaga survei. Bahwa tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi-Ma'ruf masih cukup tinggi. Dan ini dipercaya bakal berimbas pada mengarus derasnya suara-suara pendukung Jokowi, yang sebagiannya merupakan pemilih tradisional PDIP itu, ke kubu Prabowo-Gibran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun