Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kaesang dan Peluang Menghidupkan Politik Kebhinnekaan

28 September 2023   23:40 Diperbarui: 2 Oktober 2023   17:06 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : www.lampost.id

Kemudian, hemat saya secara pribadi Kaesang memiliki preferensi pertimbangan politik sendiri. Preferensi ini berkenaan dengan ghiroh dan visinya sebagai politisi masa depan, yang kiprahnya tak sekedar ikut meramaikan pesta jangka pendek 2024 ini.

Dalam konteks ini Kaesang pasti sudah membaca dan memahami konstelasi politik nasional saat ini yang sedang dilanda beragam problematika. Salah satu yang paling menonjol adalah melemahnya semangat politik kebhinekaan sebagai basis gagasan dan praksis paling mendasar untuk dapat merawat harmoni dan tertib sosial sekaligus menjaga integrasi nasional.

Semangat dan visi menghidupkan politik kebhinnekaan (yang saya yakin ada dalam pikiran Kaesang) ini merupakan celah kedua baginya untuk memilih bergabung dengan KKP-AMIN. Celah ini sekarang terbuka lebar jika Kaesang bergabung dengan KPP-AMIN, satu-satunya poros yang secara "ideologis" paling komplit. Secara verbal, celah ini juga sudah dibuka oleh Cak Imin.

Di KPP-AMIN ada Nasdem yang mewakili kalangan nasionalis, ada PKS yang merepresentasikan kalangan Muslim puritan (modernis), dan ada PKB yang merepresentasikan kalangan Muslim moderat (santri, tradisionalis). Jika Kaesang dan PSI kemudian bergabung maka warna politik kebhinnekaan akan semakin sempurna dan bisa dengan solid digerakkan bersama-sama untuk masa depan Indonesia yang bhinneka dan tetap dalam bingkai persatuan. Mungkinkah? "Politics is the art of the possible".

Kalkulasi Pragmatis

Celah terakhir terkait kepentingan elektoral jangka pendek dan urusan-urusan pragmatika politiknya pasca perhelatan Pemilu 2024. Kaesang pastinya memahami betul bahwa postur koalisi pengusung pasangan calon Presiden-Wakil Presiden pasti akan berdampak pada urusan "siapa mendapat apa" di kemudian hari. Sementara terhadap potensi kemenangan postur koalisi tak selalu berkorelasi positif.

Dalam kancah kepolitikan elektoral kita, baik Pemilu maupun Pilkada sudah banyak fakta, bahwa pasangan calon yang didukung koalisi besar kalah dalam kontestasi. Bergabung dengan KPP-AMIN potensi menang-kalah tentu sama terbukanya dengan jika bergabung dua poros lainnya. Tetapi postur poros KPP-AMIN ini jelas relatif lebih ramping namun tadi itu, merepresentasikan secara komplit sebaran basis konstituennya.

Bagaimana dengan "efek ekor jas?" Meski hingga saat ini hampir semua lembaga survei masih menempatkan Prabowo di urutan teratas, dugaan saya angka-angkanya akan bergerak dinamis untuk AMIN. Kabar terakhir yang dirilis sebuah lembaga survei, di Jatim elektabilitas AMIN mengalami kenaikan signifikan.

Kalaupun posisi Prabowo tetap unggul dalam survei hingga menjelang hari pemungutan suara, lalu berharap efek ekor jas dari bergabung dengan poros KIM misalnya, saya kira akan sukar diperoleh. Efek ekor jas tetap akan disapu bersih oleh Gerindra sebagai partainya Prabowo, dan mungkin bagian remah-remahnya menetes ke partai lain di poros KIM.

Demikian halnya jika memilih gabung dengan Ganjar-PDIP. Efek ekor jas dari sosok Ganjar besar kemungkinan akan disapu bersih oleh PDIP. Partai-partai lain di poros ini hanya akan mendapatkan remah-remahnya saja.

Sementara di poros KPP-AMIN, posisi potensi perolehan efek ekor jas hemat saya relatif akan berimbang, paling tidak karena dua alasan. Pertama, Anies bukan berasal dari ketiga partai utama pengusung AMIN. Kedua, meski Ketua Umum partai, posisi Cak Imin hanya sebagai Cawapres. Kalaupun posisi Cak Imin bakal memberi efek buat PKB, efek ini tampaknya tidak akan terlalu signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun