Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Anies-Cak Imin: Kombinasi Ide Perubahan dan Potensi Besar Suara

2 September 2023   11:15 Diperbarui: 3 September 2023   22:21 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Semua paslon baik dalam Piplres maupun Pilkada, pastilah punya target memenangi kontestasi. Hanya figur-figur idealis-altruis saja yang maju ke arena kontestasi nir-target kemenangan, dan ini tidak akan ditemukan di era demokrasi elektoral modern belahan dunia manapun saat ini. Beralas perspektif inilah saya kira Surya Paloh (dan Anies Baswedan) akhirnya memilih Cak Imin, Ketua Umum PKB menjadi bakal Cawapres koalisi mereka.

Cak Imin, meski kita tahu tak pernah moncer namanya dalam hasil survei lembaga manapun, ia memiliki potensi riil yang tidak bisa dianggap sepele. Selain pengalamannya malang melintang di dunia politik, pernah di pemerintahan, aktifis yang par excellent dan saat ini memimpin sebuah partai papan tengah, Cak Imin punya potensi besar yang semua orang sudah mafhum : jama'ah nahdliyin di antero nusantara. Sisi partainya sendiri, PKB digdaya di dua provinsi tambun : Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Dua potensi modalitas elektoral terakhir tadi justru tidak dimiliki Anies.  Maka dengan mengambil Cak Imin sebagai bakal pendampingnya, Anies berusaha menutup celah kelemahan elektoralnya. Bagaimana dengan AHY ? Sejak awal saya kira Anies (pastinya juga Surya Paloh) tidak menemukan potensi ini pada putra SBY itu. 

Jadi, dengan perspektif "target menang" dan tak sekedar mengumbar gagasan dan semangat perubahan tadi itulah, Anies dan Surya Paloh memutuskan pilihan yang "panas" dan telah membuat banyak pihak terkejut. Soal bagaimana mekanisme pengambilan keputusan ini dilakukan biarlah itu menjadi urusan koalisi mereka saja, terlalu riskan dan berpotensi jadi ikutan kumuh pikiran kita jika terlibat dalam urusan dapur koalisi.

Dua Kombinasi Menarik

Sekali lagi, Cak Imin punya potensi elektoral yang relatif besar. Setidaknyak, inilah yang menurut hemat saya ada dalam pikiran Surya Paloh, politisi nasional par excellent yang jam terbangnya tidak diragukan lagi. Pada potensi inilah kalkulasi (dan tentu saja semangat) peluang kemenangan didasarkan. 

Dengan ketajaman sekaligus kearifan yang dimiliknya, saya kira Surya Paloh juga melihat, bukan saja kelebihan yang ada pada sosok Anies, tetapi juga kelemahannya. Nah, kelemahan Anies tadi sudah disinggung antara lain tak cukup populer di kalangan Nahdliyin, lalu lemah di Jateng dan Jatim berdasarkan lembaga-lembaga survei. Sayangnya, lagi-lagi ini tidak bisa cover oleh sosok AHY, dan hanya mungkin ditutup oleh sosok Cak Imin.

Sampai di sini, clear sudah. Cak Imin punya modalitas besar elektoral dari sisi pendulangan suara nanti di 2024. Sementara Anies, ia sosok yang dikenal publik sebagai intelektual berintegritas, memiliki kekuatan gagasan dan konsep-konsep pembaharuan disamping juga pengalaman di pemerintahan baik sebagai Menteri maupun Gubernur. 

Dan yang tak kalah penting, Anies (setidaknya di  mata para simpatisan dan pendukungnya) saat ini saya kira sudah menjadi salah satu ikon "perlawanan" terhadap kekuasaan yang banal sekaligus representasi sebagian publik yang kecewa dengan berbagai kebijakan pemerintahan Jokowi. Posisi ini menjadi salah satu kekuatan pembeda Anies dengan dua bakal kandidat Presiden lain yang dalam pengetahuan publik merupakan representasi status quo.

Jadi, Anies-Cak Imin merupakan kombinasi dua sisi elektoral yang tepat dan diperlukan untuk memenangi kontestasi Pilpres 2024, yakni gagasan besar perubahan (dalam arti perbaikan dan pembaruan) dan potensi realistis modalitas suara pemilih. Proficiat !

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun