Mohon tunggu...
Sindikat Jogja
Sindikat Jogja Mohon Tunggu... -

Paguyuban Jogja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seni Peran ala Sinetron: Memoles ‘Garangnya’ Prabowo

5 Juli 2014   16:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:23 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Layaknya dalam sebuah sinetron, para tim sukses dan konsultan politik merancang sebuah peran bagi Prabowo Subianto, yaitu: tokoh yang jantan dan tegas. Tak pelak, salah satu pengusung skenario peran bagi Prabowo adalah musisi pengarang lagu ‘roman picisan’ Ahmad Dhani.

Ahmad Dhani memperlakukan dunia politik seperti panggung hiburan popular, dengan menganggap konstituen sama dengan penonton yang haus akan hiburan. Berbekal kuda, kemeja safari putih, dan kopiah ala Soekarno, mikrofon jadul ala orator pergerakan kebangsaan, Prabowo Subianto tidak henti-hentinya dijajakan Ahmad Dhani sebagai sosok yang jantan dan tegas. Ahmad Dhani dan para tim sukses berharap, para konstituen terpesona dengan aksi panggung yang sedang dijalankan oleh Prabowo Subianto.

Namun belakangan ini, aksi-aksi Ahmad Dhani untuk mempopulerkan Prabowo menimbulkan konflik internal di kalangan pendukung Prabowo-Hatta. Konon hubungan Ahmad Dhani dan Prabowo Subianto menjadi tidak begitu baik. Bahkan dikabarkan Ahmad Dhani digampar dengan makian dan pukulan fisik oleh Prabowo. Tak salah lagi, pemicunya adalah kekecewaan Prabowo terhadap aksi Ahmad Dhani yang mempublikasikan video dukungannya dengan kostum petinggi Nazi dan jadi pemberitaan besar di koran-koran luar negeri. Ucap janji ingin menaikkan pamor Indonesia di dunia internasional, tapi toh Prabowo dijebak Dhani, memperburuk citra Prabowo dan membuat malu Indonesia di mata dunia.

Maka tak heran, pemberitaan Koran-koran luar negeri deras terpublikasi, mengecam dipopulerkannya kembali fasisme ala Nazi, cukup membuat Prabowo surut hatinya. Apalagi ditambahkan dengan kicauan gitaris grup band Queen yang merasa tidak dimintai ijin atas digubahnya lagu “We Will Rock You” oleh Ahmad Dhani. Alhasil Ahmad Dhani pun menjadi kambing hitam dan bulan-bulanan atas kegagalan kampanye kejantanan dan ketegasan Prabowo.

Bahkan Fadli Zon pun ikut-ikut berbalik arah angin, dari memuji lagu-lagu dukungan Ahmad Dhani untuk Prabowo, kemudian setelah muncul banyak kecaman, politisi berpostur gempal ini pun buang badan, dengan mengklarifikasi bahwa kasus Ahmad Dhani diluar tanggung jawab tim jurkam, karena tim pemenangan hanya membayar, dan persoalan kecaman adalah murni urusan personal Dhani semata. Puncaknya pada 25 Juni lalu, Fadli melampiaskan kekesalannya di twitter dengan membalas twit Dhani dengan: Sudah mending mas @AHMADDHANIPRAST keluar dari tim kampanye @Prabowo08, sebab itu lebih baik!

Wah wah, sedemikian berangnya Fadli Zon, karena hanya gara-gara lagu Ahmad Dhani di injury time masa kampanye, merusak susu pencitraan penuh akting Prabowo bertahun-tahun.

Ya, bagaimana pun, pada era di mana kebudayaan popular yang penuh dengan polesan kosmetik, semprotan deodorant, dan topeng pencitraan sudah sepantasnya kita sikapi dengan kritis. Salah satu pertanyaan kritis yang dapat kita ajukan adalah mengapa peran ‘jantan dan tegas’ dirasa perlu dimainkan oleh Prabowo Subianto?

Mengapa bukan peran pria metroseksual yang sedang nge-trend dibawakan artis-artis Korea belakangan ini? Tulisan ini mencoba untuk mengulasnya.

Dalam dunia iklan, ada beberapa mainstream utama untuk menampilkan sosok jantan atau maskulin : pertama, tipe pria yang aktif dan memegang control; kedua, tipe pria yang mengutamakan persamaan dalam menjalin hubungan dan menghormati wanita  serta bersikap gentleman; ketiga, tipe pria yang mempunyai orientasi homoseksual; keempat pria ‘lain’ yang lemah dan pasif.

Nah, tim sukses pendukung Prabowo memang jeli dalam memilih karakter mana, yang harus dipilih untuk diperankan oleh Prabowo. Karakter peran ‘jantan dan tegas’ dipilih oleh tim sukses pendukung untuk memoles Prabowo yang pernah menapaki karir di dunia militer.

Mengapa tim sukses Prabowo merasa perlu untuk memoles Prabowo menjadi karakter yang jantan dan tegas? Ini didasarkan pada fakta bahwa sesungguhnya sejarah telah mencatat CACAT dalam karir militer Prabowo.

Banyak perwira-perwira militer di sekeliling Prabowo, mempertanyakan gembar-gembor kampanye yang mengangkat sosok Prabowo Subianto berkepribadian jantan dan tegas. Pada kenyataannya selama menapaki karir di dunia militer, Prabowo banyak melakukan tindakan yang di luar kewenangannya dan tidak kuat menanggung resiko akibat perbuatannya sendiri. Selama Soeyono menjadi Kasum ABRI, Prabowo pernah mengambil keputusan dan tindakan sepihak atas nama Panglima ABRI. Dalam sebuah operasi, Prabowo mengklaim bahwa tindakan sepihak yang mengatasnamakan Panglima ABRI tersebut telah menggapai keberhasilan.

“Laporan keberhasilan 80-90 persen itu omong kosong belaka dan ini tidak lebih dari suatu kecerobohan,” tukas Soeyono. Fakta di lapangan, Soeyono memperoleh laporan bahwa sebuah helikopter mengalami kecelakaan fatal pada saat mendaratkan pasukan dengan tali dan menimpa sedikitnya satu regu pasukan. Ia langsung mengecek lagi kepada Mayjen Syamsir Siregar, yang membenarkan kejadian itu. Belakangan, setelah sama-sama pensiun, Syamsir menceritakan bahwa akibat kecelakaan itu Prabowo sempat menangis di hadapannya dan akan meminta keluar dari dinas tentara.

Dan Syamsir pun menasihati Danjen Kopassus itu agar tidak cengeng.

Seperti yang sudah diketahui oleh khalayak luas, karir militer Prabowo banyak dibantu oleh kedekatannya dengan keluarga Cendana. Sejak menjadi menantu Soeharto dengan menikahi Titiek, Prabowo sangat berambisi untuk meraih kekuasaan politik dan militer.. Namun semenjak cerai dengan Titiek Soeharto, karir militer Prabowo mulai redup. Apalagi setelah dicap pengkhianat oleh keluarga Cendana, Prabowo mulai kehilangan sandaran karirnya.

Tanpa sandaran kekuasaan Soeharto, Prabowo saat itu bagai anak ayam kehilangan induk. Kebanggaannya sebagai seorang perwira militer, yang dekat dengan penguasa nomer satu di Indonesia saat itu sekonyong-konyong jatuh tak berharga. Ibarat menegakkan benang basah, sulit rasanya bagi Prabowo untuk membangkitkan rasa jumawanya sebagai perwira militer yang berkuasa.

Pada 25 Juni 1998, Prabowo dicopot dari jabatannya sebagai Pangkostrad dan dibuang ke Sesko ABRI di Bandung yang tidak memiliki komando. Tak lama kemudian setelah pemeriksaan Dewan Kehormatan Militer (DKP), karir Prabowo dalam dunia militer yang telah dirintisnya selama 24 tahun, TAMAT. Pada 24 Agustus 1998, Prabowo diberhentikan dari Angkatan Darat.

Pencopotan dirinya dari jabatan militer tersebut membuat moril Prabowo turun sampai ke titik nadir terbawah. Dari penuturan mantan anak buah Soeyono, yang berdinas di lingkungan Cendana, terungkap bahwa Prabowo sempat menempelkan pistol inventaris ke keningnya. Upaya bunuh diri itu untungnya bisa dicegah oleh seorang bintara tinggi kesayangan mantan Komandan Jenderal Kopassus itu.

Begitulah catatan karir Prabowo Subianto di dunia militer berdasarkan penuturan dari para perwira-perwira di sekelilingnya saat masih aktif dulu. Sebagai perwira militer yang pernah diberhentikan, memang tidak mungkin bagi Prabowo untuk memenangkan legitimasi sebagai Panglima Tertinggi ABRI/ Presiden RI. Terpuruknya karir militer Prabowo, merupakan ganjalan besar untuk mendapatkan pengakuan dari rakyat Indonesia.

Satu-satunya yang mungkin bagi Prabowo saat ini adalah membayar konsultan-konsultan untuk menyampaikan cerita omong kosong tentang ketegasan dan kejantanan dirinya. Sungguh kasihan….. Oiya, tak lupa juga menggaji pemfitnah-pemfitnah handal untuk membodoh-bodohi rakyat agar membenci Jokowi, karena kadung menjadi tandingan yang tak tertandingi. Untuk apa? Agar Prabowo tak lagi stress sampai menangis cengeng atau menempelkan pistol ke jidatnya. Ah, yang terakhir ini hanya asumsi... Selamat pagi!

Sindikat Jogja

http://youtu.be/tpbqIuY8nVo

http://m.spiegel.de/politik/ausland/a-977207.html#spRedirectedFrom=www&referrr=http://t.co/WEEMyYUYtA

Jewit,C. ‘Images of Men : Male Sexuality in Sexual Health Leaflets and Posters for Young People.

Dikutip dari Panjaitan, Sintong. Perjalanan Prajurit Para Komando. Kompas

Dikutip dari Soeyono, Bukan Puntung Rokok, Ridma Foundation

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun