Mohon tunggu...
AL BANA
AL BANA Mohon Tunggu... profesional -

Hanya seorang penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ustadz, Ini Zaman Nuklir Bukan Zaman Onta

6 Agustus 2012   19:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:10 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

KRIPIK PEDASUNTUK KHOTIB JUM’AT

Ustadz,  ini Zaman Nuklir Bukan Zaman Onta.”

Speaker masjid terdengar berpadu di setiap pelosok bersautan, bukan pemandangan asing disaat menjelang sholat jum’at, lelaki akil baligh tanpa komando khusus sudah bersiap-siap menuju masjid terdekat, meninggalkan segala bentuk aktifitas. Sekalipun terik matahari menyengat, hujan deras begitu lebat wajib ‘ain ini harus ditunaikan.

Dalil Al-qur'an Surah Al Jum'ah ayat 9 :

" Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Ayat inilah yang dijadikan dalil dan dasar yang menyatakan memang sholat Jum’at itu ada, tetapi beberapa mazhab Islam memiliki syarat dan rukun-rukun yang berbeda dalam memandang arti sholat Jum’at ini ( Gambaran besar dari Mazhab Sunni dan Syi’ah yang memiliki pandangan tersendiri mengenai tata cara serta rukun dalam menunaikan wajib ‘ain ini ).

Tetapi bukan perbedaan yang dibesar-besarkan, tetapi isi dari khutbah yang dibawakan para khotib. Ironis, kita sama-sama memahami bahwa yang hadir dalam sholat jum’at bukan saja anak-anak yang baru belajar menganal,”oh ini yang disebut sholat jum’at, dengarkan khotib cuap-cuap setelah sholat lari berduyun-duyun meninggalkan masjid. Syukur-syukur pulangnya bawa sandal yang lebih bagus, anggaplah tak disengaja.”

Bukan karena beranggapan diri ini paling benar dan hebat, tetapi ini lah bentuk kekhawatiran, harian Hunain yang digambarkan dalam surah At Taubah ayat 26 mengilustrasikan begitu jelas pandangan bahwa jumlah umat Islam begitu banyak tetapi tidak berguna sekalipun. Yah, jelaslah dari materi penyampaian isi khotib yang itu-itu saja, disaat memasuki musim Ramadhan ramai-ramai membahas tentang Puasa, Zakat dan Nuzulul Qur’an. Tatkala memasuki bulan Rabiul Awal, lantang membahas tentang kelahiran Rasulullah, apa ini tak ada bedanya dengan peringatan hari lahirnya Yesus putra Maryam? Kasarnya, mengucapkan Happy Birth day’s Yaa Muhammad, tanpa membahasa hakikat Rasulullah itu siapa? Memandang seorang Muhammad dari berbagai sudut. Rasulullah bukan saja seorang nabi akhir zaman, tetapi lihatlah bagaimana ia menerapkan sistem perbankan dan konteks berniaga yang jarang dimiliki pribadi lainnya serta bagaimana dia seorang panglima perang yang mampu mendisain strategi perang, ingatkah peperang badar? Dan ratusan perang lainnya, semua itu dimenangkan oleh pasukan Muslim yang dipimpin beliau.

Medan yang dihadapi Rasulullah tak elak dengan peperangan di zaman sekarang, ada ghazwul fikr, new liberal dan eksploitasi kekayaan alam yang dimiliki negara-negara Islam, konspirasi, penyelucutan moral disusupi melalui film, fashion ‘basi’ yang dunia barat sendiri mulai meninggalkannya. Junk food pun mulai bergeser dengan kesadaran masyarakatnya barat untuk lebih memilih memakan-makanan alami, menurut peneliti dari University of Minnesota School laporan Public Health, Orang yang makan makanan cepat saji sebanyak dua kali atau lebih dalam seminggu memiliki kemungkinan 27 persen lebih besar mengembangkan risiko diabetes dan 56 persen risiko kematian lebih tinggi dari penyakit jantung.

“ Ustadz, ini zaman nuklir bukan zaman onta.” Yang masih saja membahas tentang sholat, zakat dan ibadah syar’i lainnya. Tak cukup rasanya membahas masalah ibadah mahdah dalam durasi singkat. Disaat bocah-bocah Palestina sudah memangku senjata laras panjang, kita masih saja mengeja huruf hijaiyah. Tatkala dunia barat membahas isi jagad raya, mengapa kita masih saja mempermasalahkan isi dalam perut.

Silahkan itu hak setiap da’i dalam menyampaikan apa yang pantas disampaikan kepada jam’ah tetapi mengapa masih saja menakut-nakuti umat dengan neraka dan meninabobokan mereka dengan dongeng negeri syurga yang menjadi hak Allah. Memang tidak salah, tetapi prihatinlah dengan keadaan yang benar-benar sedang dihadapi umat Islam di dunia sekalipun. Pahamilah dan jangan biarkan, “Islam datang dalam keasingan dan akan kembali asing.”

Hasan Al Bana, 7 Agustus 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun