Mohon tunggu...
AL BANA
AL BANA Mohon Tunggu... profesional -

Hanya seorang penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Reflesi “La’alakum Tattaqun”

5 Agustus 2012   18:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:12 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak hal yang membuat kita sedikit berpikir tentang kalimat akhir dalam ayat-ayat Alqur’an, ada yang ingin Allah sampaikan dari serangkaian kata sebelumnya dan memiliki arti yang cukup mendalam serta memiliki tendensi mengajarkan umut-Nya, “ kalo loh kerjakan yang gw larang, maka jadinya akan seperti ini dan kalo loh ikuti apa yang gw perintahkan nanti jadi-nya akan seperti ini.” Lagi-lagi ada yang berpikir dan ada yang apatis mengenai hal ini.

Akhir kata dalam firman-firman Allah, seakan Allah mengajarkan, menuntun dan bahkan membuka akal kita untuk “melek”, pernahkan menemukan ayat-ayat ini dalam Alqur’an seperti la'allakum tattaqun, lalu in kuntum ta'lamun, la'allakum tasykurun, la'allahum yarsyudun, la'allahum yattaqun, afala ta’kilun dan masih banyak lagi. Inilah penghujung kata yang memiliki serangkaian kata dan memiliki makna ‘melangit’. Makna kata yang memiliki nilai universal, lintas peradaban.

Begitu pun dalam ayat Alqur’an yang sering dijadikan rujukan dan dalil sebagai landasan perintah berpuasa.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”(QS. Al Baqarah: 183)

Sederhananya saja, konteks orang beriman dalam ayat tersebut adalah mereka yang mempercayai adanya Allah sebagai Rabb-nya, mengimani Malaikat-Nya, mengimani Kitab-kitab-Nya, mengimani para Rasul-Nya, mengimani hari kiamat, mengimani qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk, selesai. Dengan begitu maka ia layak menyematkan kewajibannya untuk berpuasa, kurang dari rukun tersebut maka gugurlah ia dikatakan seorang muslim yang mukmin. Dengan demikian tidak dapat dibenarkan orang yang mengaku beriman namun enggan melaksanakan shalat, enggan membayar zakat, dan amalan-amalan lahiriah lainnya.

Dari sinilah dan ayat inilah yang tak akan pernah habis menjelaskan betapa dahsyatnya perintah puasa dari berbagai aspek entah itu kesehatan, sosial dan tidak menutup kemungkinan nilai-nilai shiyam itu ditanamkan dalam wacana politik. Namun, kita kesampingkan aspek-aspek yang bukan menjadi dasar apa yang Allah inginkan dalam puasa kita.

Pembelajaran yang ditanamkan adalah tentang ibadah kejujuran, rasa malu dan merasakan nilai sosial yang tersirat dalam ibadah tersebut. Inilah ritual yang mendapat perhatian tersendiri dari Allah SWT. Rasulullah bersabda: “Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa, ia untukKu dan Aku langsung yang akan memberikan pahala atasnya (HR Ahmad).

Untuk itulah ke-khusyu-an puasa menjadi gerbang yang menuntun seorang mukmin untuk memanfaatkan moment istimewa ini, bukan saja karena menahan lapar serta dahaga tetapi jika kita mampu memaknai ibadah mahdhah ( Allah yang menjadi juri-nya ) ini dan mengisinya dengan amalan-amalan yang mampu mengantarkan kita kepada tirai keimanan tertinggi serta menta’ati rambu-rambu yang sudah menjadi larangan dalam puasa dapat kita lalui dengan penuh khitmad , maka layak-lah kita penyematan gelar la’alaku tataqun. Dan inilah hadiah teristimewa yang kelak kita terima tatkala kumandang takbir terdengar menyentuh dinding telinga, saat itulah begitu terasa Allah benar-benar memeluk erat dalam air mata kemenangan.

Labbaik Allahumma Labbaik...

Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.

Tiada sekutu bagiMu.

Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu

Tiada sekutu bagiMu.

Babun Al-Rayyan memanggil, tetabuhan menyambut kedatangan umat Muhammad yang mendirikan puasa dengan keimanan dan harapan ketaqwaan kepada-Nya maka terlahirlah kembali jiwa-jiwa fitrah.

( Hasan Al Bana, 17 Ramadhan 1433 H )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun