Mohon tunggu...
AL BANA
AL BANA Mohon Tunggu... profesional -

Hanya seorang penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjawab Gembel di Negeri Sendiri

13 Juli 2011   05:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:43 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13105332641242983747

SE-REVOLUSI APAKAH PEWAJAHAN NOVEL DAN FILM DI INDONESIA?

Menjawab GEMBEL Di NEGERI SENDIRI

Silahkan investigasi dan ajukan pertanyaan seputar tokoh sastrawan di negeri ini kepada siswa/I yang masih mengenyam bangku akademis. Kenalkah dengan Sutardji calzoum Bachri? WS RENDRA, Emen's Vhespha Cahstupied, Agus S Raharjo, Ahmadun Yosi Herfenda, Buya HAMKA, Abdoel Moeis, ST Alisyahbana? 80 persen saya menjamin mereka akan menjawab, “saya kenal Julia Perez dan Dewi Persik.” Seakan Ruh sastra tak pernah terhembus dan mati suri.

WS Rendra lebih dikenal di Berlin ( Jerman ) karyanya diagung-agungkan masyarakat Jerman. Bukan hanya di Jerman saja, di Melbourne, Bhopal. Sedangkan di Indonesia, siapa yang tahu running away seorang cerpenis, sastrawan satu ini. Mungkin sebagian kecil penggiat dan pengamat serta fans nya saja yang tahu siapa si Buruk Merak ini.

Ironis sebuah pemandangan terjadi di saat talk show tentang sastra yang dihadiri kalangan pelajar dengan pembawa acara seorang selebritis Indonesia. Di celah break kami sempat berbincang-bincang kecildalam sebuah ruang publik. Rendra dan Selebritis tersebut. Pemandangan miris terjadi, disaat remaja dan pelajar ramai-ramai meminta tandatangan si Artis tersebut dibandingkan WS RENDRA yang duduk berbadampingan. Di sinilah hati dan raut wajah berubah warna, seakan api PROOOOTES bergejolak di dada, mendidih. Alangkah tak berharganya seorang sastrawan, pemikir dan penulis di negeri ini.

Dengan sentuhan romantis, dibalut dengan sebuah opsesi hidup dalam NOVEL DUA MATA HATI ( Antara Jerman dan Masjidil Haram ) menjelaskan secara gamblang bagaimana seorang penulis yang boleh dibilang penulis picisan mengejar cita-citanya. Novel ini seakan menggambarkan betapa seorang sastrawan dihargainya di negara yang dikenal dengan RASISME dan lahirnya tokoh diktator HITTLER ini menganakemaskan seorang penulis dan sastrawan. Lain halnya di negeri ini, tergambar sekilas fenomena yang terjadi sebagaimana pejewantahan di atas. Sastrawan Tak Setenar Selebritis dan tidak sedikit orang-orang seperti Rendra dan penggiat seni dihargai di negaranya. Masih banyak orang-orang seperti Rendra yang tidak punya kedudukan istimewa di Indonesia, jelas sudah hal ini Menjawab arti Mereka GEMBEL Di NEGERI SENDIRI.

Atas dasar ini, rasanya saya pribadi ingin mengajak rekan-rekan yang terketuk hatinya, bukan hanya penggiat Novel, sastra tetapi semua yang memandang ironis betapa pejuang sastra, pemikir dan pakar seni tak ada harganya.

Mudah-mudahan Novel Dua Mata Hati ( Antara Jerman dan Masjidil Haram ) menjadi estafet awal dan pembuka jalan, SAATNYA PENULIS MENJADI SELEBRITIS di NEGERINYA, SAATNYA PEKERJA SENI mendapat kedudukan yang berarti. ( MF, KULI TINTA “METROAKTUAL”)

Buat yang terketuk hatinya, mohon dukungannya sebagai wujud keprihatinan terhadap sastra Indonesia yang hanya menjadi lembaran-lembaran pembungkus gorengan. Saya pribadi meminta. SEMOGA SASTRAWAN DAN PENGGIAT SENI menjadi SELEBRITIS di NEGERINYA SENDIRI.

Follow twitter

@novel2matahati /@penerbittitikpublisher

Facebook: http://www.facebook.com/novelduamatahati

http://www.facebook.com/penerbittitikpublisher

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun