Sepenggal kisah tentang buku paket zaman sekolah dulu, kurikulum pendidikan yang belum banyak perubahan saat menempuh jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Usia yang tidak terlampau jauh dengan adik hingga sekolah pun di tempat yang sama. Keuntungannya tanpa harus mengeluarkan biaya berlebih untuk membeli buku pelajaran karena biasanya adik dapat buku paket ‘warisan’ dari saya sebagai pengguna sebelumnya. Walau pernah beberapa kali ia mengeluh lantaran sering menggunakan buku bekas katanya.
Wahai adik..maafkan karena saya harus merasakan wangi buku baru duluan. Ketika masa pendidikan SMP malahan beberapa mata pelajaran diwajibkan untuk meminjam di perpustakaan, saya ingat betul buku paket itu bentuknya besar dan tebal, jadi saya pun sempat merasakan buku paket ‘warisan’ dari kakak kelas sebelumnya, yang beruntung dapat kondisi buku masih mulus yang kurang beruntung kerap kali mendapat buku yang lembar halamannya hilang.
Sejak kurikulum pendidikan banyak perubahan, setiap tahun pasti ada pergantian jenis buku. Ahh..kalau ingat hal itu jadi tidak tega dengan orang tua yang harus mengeluarkan biaya lebih setiap kenaikan kelas. Bahkan sering sekali mendengar keluhan ibu-ibu tetangga yang kewalahan dengan biaya buku paket yang terbilang mahal.
Jadi ingin bernostalgia dengan cerita sekolah masa dulu, dimana tokoh utama yang paling terkenal dan sering sekali muncul adalah si Budi atau wati dan dulu kosakata yang digunakan lebih sederhana dan halus. Sebelum berbagai bahasa 'gaul' menyerang di era Millenium. Terlebih dengan tatakrama dan pergaulan sekarang, semakin lama kian tergerus hilang. Apakah ada hubungannya dengan pendidikan moral pancasila yang di hapus dari kurikulum pelajaran? Entahlah...faktor pendidikan agama dari keluarga saya rasa juga cukup berpengaruh. Beberapa diantara mata pelajaran digantikan dengan judul berbeda tapi ada juga yang di hilangkan.
Yang cukup memprihatinkan belum lama ini beredar buku paket usia Sekolah Dasar yang memuat konten pornografi dan hal itu menjadi keresahan di kalangan masyarakat. Sehingga  pendistribusian harus di tarik kembali ( tidak terbayangkan berapa besar kerugian yang harus ditanggung).
Baru atau tidaknya sebuah buku paket sebenarnya itu bukanlah pokok utama, yang penting adalah sumber pengetahuan dari buku tersebut dapat diserap dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H