Siti Nurjanah, No.59
Aku melangkah ragu memasuki sebuah restaurant yang cukup besar, hari ini sudah cukup lelah kaki melangkah mencari dan mencoba peruntungan dan entah ini tempat ke berapa yang aku datangi. Dengan sedikit ragu aku menyapa pramusaji yang berdiri di depan resataurant tersebut, namun jawabannya tidak jauh berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya ‘Tidak ada lowongan’.
Aku berjalan lesu, terpaku menatap hujan yang tetiba saja turun semakin deras. Aku sadar ini tempat makan eksklusif yang mungkin tidak sembarang orang bisa masuk, meskipun di kategorikan restaurant nusantara, aku yakin sekali harga makanan yang di sajikan masih jauh lebih mahal di bandingkan warung makan angkringan.
Seorang laki-laki berlari-lari kecil melindungi kepadalanya dengan tangan dan menabrakku yang melamun hingga berkas-berkas lamaran yang aku bawa terjatuh.
“Maaf..” ucapnya seraya membantu merapihkan berkas lamaran ku yang tercecer
“iya, tidak apa.” Ucapku datar
“kamu sedang mencari perkerjaan ?” tanya pria itu
“Iya” jawabku sekenanya
Pria itu tersenyum. “Masuklah, mari ikuti saya”
“Tetapi katanya tidak ada lowongan pekerjaan di tempat ini”
“Ikut saja dulu” ucapnya