Rasanya belum kering air mata ketika bencana gempa menghampiri Lombok pada bulan juli lalu. Serasa ujian kesabaran, menatap pilu saudara sebangsa di sebrang pulau sana kehilangan yang berharga baginya.
Kembali negeri ini di terpa ujian di kala gempa berkekuatan 7,7 SR di susul tsunami menimpa Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu. Adalah Palu, Sigi dan Donggala, beberapa lanskapnya porak-poranda dihajar gempa dan tsunami secara susul-menyusul. Mulai dari jembatan, perumahan, bangunan-bangunan,pertokoan sampai hotel, rata dengan tanah.Â
Seakan flashback kembali mengupas luka tsunami Aceh yang terjadi 2004 silam. Tahun memang silih berganti, akan tetapi rasa traumatik, kesedihan dan duka tak mudah terpupuskan.
Pun begitu dengan Sulawesi Tengah, sebelum bencana menerpa sejatinya wilayah ini sesungguhnya menyimpan aneka destinasi wisata yang menarik untuk disinggahi. Destinasi wisata yang terdapat di sana juga merasakan kerusakan yang parah.Â
Namun, tak ada yang pernah tau dan tak ada yang bisa disalahkan akan datangnya bencana. Dikabarkan sudah lebih darin1000 jiwa tak bisa terselematkan. Sudah barang tentu ini menjadi duka mendalam bagi bangsa Indonesia.
Sudah dinaikan menjadi status bencana Nasional, sehingga bantuan pun berdatangan dari dalam dan luar negeri. Hal ini dimaksudkan agar Sulawesi tengah bisa segera bangkit dan segera membalut luka kepedihan.
Kita patut mengapresiasi atas aksi yang tanggap dari beberapa pihak menggalang bantuan. Salah satunya adalah PT Pertamina Persero memberikan dukungan operasional SPBU di wilayah bencana Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, setidaknya sejak satu hari pasca bencana mengemuka informasinya, pihak Pertamina telah mengirimkan tenaga bantuan operator SPBU sebanyak 20 orang. Para operator ini akan ditugaskan menggantikan sementara operator setempat yang menjadi korban gempa dan tsunami.
Sejak terjadinya gempa dan tsunami beberapa hari lalu kegiatan penjualan BBM di SPBU Pertamina memang sempat terkendala. Oleh sebab itu Pertamina memfokuskan bantuan Sulawesi Tengah dengan memulihkan terlebih dulu penyaluran energi ke wilayah terdampak bencana. Sebagaimana yang disampaikan oleh External Communication Manager PT Pertamina,Â
Sehari pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami, pihak Pertamina telah memberangkatkan 2 tim Pertamina Peduli melalui jalur laut menggunakan Kapal TNI KRI Makassar dengan menyertakan 7 relawan serta bantuan logiatik. Sedangkan jalur darat menmberangkatkan 8 relawan dan juga logistik.
Pada 30 September 2018 mengerahkan 50 operator SPBU bantuan dari sekitar Sulawesi serta awak mobil tangki dari pare-pare dan Kendari. Namun diakui, proses penyaluran via darat ini tidaklah mudah sebab beberapa akses jalannya tidak dapat dilewati karena longsor dan mengalami kerusakan jalan akibat gempa.