Tidak ada sumber pasti dari mana asal muasal sepak bola bermula meski pernah ada yang menyatakan bahwa olahraga si kulit bundar ini telah di kenal sejak zaman pra sejarah. Bisa jadi inilah yang menjadi inspirasi bagi seorang Nick Park yang menduduki posisi sebagai sutradara dalam garapan filmnya berjudul"Early Man".
Bermula dari kisah lingkungan manusia purba yang seketika di datangi meteorit bulat seumpaman bola. Awalnya menjadi sebuah ketakutan kemudian berubah menjadi kesenangan bersama ketika meteor tak aktif itu bisa di tendang-tandang.
Seseorang mengabadikannya dalam ukiran batu hingga beberapa tahun kemudian prasasti itu menjadi acuan motivasi bagi generasi berikutnya. Adalah Dug yang bersahabat dengan seekor babi hutan bersama sukunya menghadapi ancaman dari pasukan Lord Nooth yang datang ke lembah untuk mengambil alih tanah dan menjadikannya tambang logam.
Sekumpulan suku zaman batu tentu saja tidak terima dengan penindasan tersebut, mereka pun berjuang keras untuk mempertahankan lahan dari nenek moyangnya. Dug mencari akal, hingga kemudian membawanya kepada lingkungan dunia luar yang serba maju Bangsa Perunggu. Berbagai alat yang lebih canggih dari pada apa yang Ia dan sukunya gunakan selama ini.
Sebuan permainan yang dikenal dengan sepak bola, menjadi tantangan yang di terima Dug untuk melawan ketamakan Lord Nooth. Dengan imbalannya jika Dug dan sukunya kalah maka mereka harus rela menjadi pekerja tambang.
Dug mungkin tidak menyadari hal rumit yang dihadapinya, sesungguhnya Lord Nooth memiliki pasukan team sepak bola yang tak tertandingi. Tentu saja itu menjadi PR bagi Dug bersama sukunya jika ingin mempertahankan lahan kediamannya selama ini.
Beruntung Ia bertemu gadis tangguh yang sangat memahami dunia sepakbola dari bangsa Perunggu. Dan siap membantu Dug untuk meraih kemenangan dan mempertahankan lahan tempat tinggalknya selama ini. Hampir setiap hari mereka berlatih dengan berbagai teknik dan strategi untuk menghadapi pertandingan yang menentukan itu.
"Early Man" dibuat dengan teknik animasi clay (tanah liat) atau bisa juga disebut dengan film animasi stop motion. Bertema petualangan, film ini sangat menghibur untuk segala usia. Film yang sudah di putar sejak maret 2018 lalu ini memgangkat sisi hal berbeda tentang suku zaman batu vs zaman perunggu yang dikemas dengan keseruan permainan sepak bola.
Ada beberapa bagian yang memang terkesan terlalu lama, sehingga agak membosankan tapi hal itu bisa di tutupi dengan penggarapan yang cukup menghibur. Namun, Â entah kenapa menyaksikan film ini mengingatkan Saya pada film mandarin berjudul Shaolin Soccer yang di garap oleh Stephen Chow. Meski ceritanya sangat berbeda, tapi konsepnya hampir serupa.
Setidaknya film animasi ini seakan menjadi pilihan menarik di tengah langkanya film animasi ramah anak beredar di luaran. Dengan konsepnya yang sederhana tapi sarat makna dengan adegan wajar dan tidak berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H