Mohon tunggu...
Siti nurjanah
Siti nurjanah Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Suka melakukan perjalanan, baca buku, nonton film atau drama juga mendengarkan musik. - Nulis juga di : https://www.stnurjanahh.com - IG dan Twitter : @st_nurjanahh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Wonderstruck, Kisah Pencarian Atas Harapan

3 Februari 2018   23:02 Diperbarui: 3 Februari 2018   23:12 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Wonderstruck, sebuah film karya Todd Haynes mengusung sinematography yang terbilang unik, menggabungkan dua konsep berbeda dalam satu alur cerita. Menitik beratkan pada cerita pencarian dua orang anak yakni Ben dan Rose dalam jarak rentan waktu berbeda 50 tahun.

Cerita diawali dari mimpi-mimpi buruk pelarian dari kumpulan serigala yang di alami oleh Ben. Kehidupan seorang anak di tahun 1977 di Minnesota. Ia tengah mengalami duka atas kepergian Ibunya yang meninggal karena kecelakaan. Yang semakin membuatnya terpukul hingga akhir usia Sang Ibu, Ben tak pernah mengetahui sama sekali keberadaan Sang Ayah. Tak ada yang bersedia memberitahunya termasuk Ibu asuhnya.

Ben marah, Ia merasa memiliki hak untuk mengetahui lebih jauh mengenai keluarganya, termasuk Sang Ayah. Ben menyendiri di sebuah rumah pondok yang sejatinya itu merupakan ruang kamar Sang Ibu. Dalam sedih dan kegamangannya, di antara barang-barang ibunya, Ben menemukan sebuah buku yang berjudul Wonderstruck yang diterbitkan Museum Sejarah Alam Amerika, berisikan definisi kurator, koleksi museum dan tentang Lemari keajaiban.

Yang menarik minatnya di dalam tersisip sebuah kartu dari salah satu toko buku New York, yang juga terdapat sebuah surat bertandakan nama Danny.

Keadaan yang tengah hujan deras menyebabkan mati listrik, dan naasnya petir menyambar salah satu aliran listrik yang tengah ada Ben di dalamnya. Kecelakaan itu pun tak dapat di hindari. Ben masuk rumah sakit dan harus kehilangan pendengarannya. Ben kabur, Ia pergi ke New York untuk mencari tahu keberadaan lelaki yang di yakininya menjadi kunci informasi tentang Sang Ayah.

Seketika tayangan beralih pada kisah berlatar Di Hoboken, pada tahun 1927. Perjalanan seorang anak perempuan berparas cantik, Rose namanya. Namun sayang, Ia menderita tuna rungu dan tuna wicara. Kekayaan yang di miliki ayahnya nyatanya tak membuatnya serta merta bahagia, Rose ingin kebebasannya. Dia sangat menyukai seorang aktris cantik dalam film yang disaksikannya dan berniat untuk menemui idolanya ke kota New York.

Film ini mengambil dua setting waktu dan konsep berbeda di tiap-tiap masanya. Tahun 1927 seakan menandai saat awal film tanpa suara dengan tayangan hitam putih. Di era inilah, aktor dan aktris lebih memaksimalkan lakonnya melalui ekspresi dan mimik wajah. Dalam penggambaran cerita Rose tidak ada dialog sama sekali.

Berbeda dengan adegan Ben yang mengambil latar waktu tahun 1977 dengan penggambaran lebih matang. Semakin jelas dengan warna sebagaimana film modern saat ini, serta dialog yang kian mempertajam jalan cerita.

Wonderstruck dibintangi Oakes Fegley, Michelle Williams, Millicent Simmonds, Julianne Moore ini mendapat beberapa pujian dari pengamat film. Cerita yang terinspirasi dari sebuah novel terbitan tahun 2011 yang menitik beratkan pada cerita anak dan sebuah pencarian. Muaranya film ini, kedua masa berbeda itu memiliki keterikatan yang begitu dekat dalam sebuah hubungan yang mereka impikan.

Film ini sudah tayang di beberapa bioskop Indonesia. Secara garis besar, Wonderstruck cukup menarik namun ada beberapa scanenya yang berjalan agak begitu lambat sehingga bisa membuat penonton mengantuk menyaksikannya. Sebagian akan menilai bahwa menyaksikan film mendorong penonton untuk berfikir serta berkonsentrasi karena alur cerita yang lompat-lompat dari era tahun 1927 dan 1977. Namun, tidak sulit untuk memahami, karena ciri perbedaan konsep yang di usung. Menariknya lagi, dalam film ini mengambil satu adegan di Queens Museum of Art yang memperlihatkan begitu menakjubkan artistik replika diorama wilayah New York City secara detail.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun