Mohon tunggu...
Siti nurjanah
Siti nurjanah Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Suka melakukan perjalanan, baca buku, nonton film atau drama juga mendengarkan musik. - Nulis juga di : https://www.stnurjanahh.com - IG dan Twitter : @st_nurjanahh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Kisah tentang Buku Paket 'Warisan'

31 Agustus 2016   22:50 Diperbarui: 1 September 2016   11:43 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepenggal kisah tentang buku paket zaman sekolah dulu, kurikulum pendidikan yang belum banyak perubahan saat menempuh jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Usia yang tidak terlampau jauh dengan adik hingga sekolah pun di tempat yang sama. Keuntungannya tanpa harus mengeluarkan biaya berlebih untuk membeli buku pelajaran karena biasanya adik dapat buku paket ‘warisan’ dari saya sebagai pengguna sebelumnya. Walau pernah beberapa kali ia mengeluh lantaran sering menggunakan buku bekas katanya.

Wahai adik..maafkan karena saya harus merasakan wangi buku baru duluan. Ketika masa pendidikan SMP malahan beberapa mata pelajaran diwajibkan untuk meminjam di perpustakaan, saya ingat betul buku paket itu bentuknya besar dan tebal, jadi saya pun sempat merasakan buku paket ‘warisan’ dari kakak kelas sebelumnya, yang beruntung dapat kondisi buku masih mulus yang kurang beruntung kerap kali mendapat buku yang lembar halamannya hilang.

Sejak kurikulum pendidikan banyak perubahan, setiap tahun pasti ada pergantian jenis buku. Ahh..kalau ingat hal itu jadi tidak tega dengan orang tua yang harus mengeluarkan biaya lebih setiap kenaikan kelas. Bahkan sering sekali mendengar keluhan ibu-ibu tetangga yang kewalahan dengan biaya buku paket yang terbilang mahal.

Jadi ingin bernostalgia dengan cerita sekolah masa dulu, dimana tokoh utama yang paling terkenal dan sering sekali muncul adalah si Budi atau wati dan dulu kosakata yang digunakan lebih sederhana dan halus. Sebelum berbagai bahasa 'gaul' menyerang di era Millenium. Terlebih dengan tatakrama dan pergaulan sekarang, semakin lama kian tergerus hilang. Apakah ada hubungannya dengan pendidikan moral pancasila yang di hapus dari kurikulum pelajaran? Entahlah...faktor pendidikan agama dari keluarga saya rasa juga cukup berpengaruh. Beberapa diantara mata pelajaran digantikan dengan judul berbeda tapi ada juga yang di hilangkan.

Yang cukup memprihatinkan belum lama ini beredar buku paket usia Sekolah Dasar yang memuat konten pornografi dan hal itu menjadi keresahan di kalangan masyarakat. Sehingga  pendistribusian harus di tarik kembali ( tidak terbayangkan berapa besar kerugian yang harus ditanggung).

Baru atau tidaknya sebuah buku paket sebenarnya itu bukanlah pokok utama, yang penting adalah sumber pengetahuan dari buku tersebut dapat diserap dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun