Siti Nurjanah, Sayur Babanci, Betawi (Jakarta)
Bicara mengenai kuliner tradisional, ah... saya teringat salah satu jenis makanan yang sudah hampir punah keberadaannya. Ditengarai sebagai kuliner khas asli Betawi bernama sayur babanci. Agak aneh mendengar istilahnya, kabarnya hal ini disebabkan oleh isi sayur dan rasa yang beraneka rupa, yakni pedas dan asam. Sekilas bentuknya hampir menyerupai soto betawi yang kental dan khas dengan santan tapi tentu saja memiliki rasa yang berbeda.
Umumnya berisi daging dan beberapa rempah. Yang membuatnya agak berbeda dari sayur pada umumnya adalah keunikannya, yakni adanya daging buah kelapa di dalamnya. Merunut dari sejarahnya, kuliner ini merupakan perpaduan antara ciri Tionghoa dan Betawi sendiri. Sebagai seorang yang memiliki keturunan darah Betawi, saya pun semakin sedih melihat arus modernisasi yang lambat laun kian menggerus warisan budaya asli Jakarta, tidak hanya dari kesenian bahkan termasuk salah satu kulinernya, seperti sayur babanci ini.
Dalam penyajiannya sendiri, sayur babanci membutuhkan kesabaran ekstra karena penyajiannya yang agak lama dan memang dibutuhkan keahlian khusus, mulai dari meramu bumbu rempahnya, meracik, memotong-motong daging dan mengerok isi kelapa. Untuk merebus dagingnya sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang hingga memakan waktu berjam-jam untuk menghasilkan daging menjadi empuk.
Biasanya para sesepuh yang rajin menyajikan saat hari raya Idul Fitri memadupadankannya dengan ketupat maupun nasi, namun sekarang sudah semakin di tinggalkan lantaran rempah untuk membuatnya sudah semakin sulit ditemukan. Di berbagai rumah makan pun jarang atau bahkan tidak ada yang menawarkan sayur babanci sebagai salah satu menu.
Memang sangat disayangkan jika berbagai kuliner khas daerah semakin punah sebab makanan merupakan ciri khas budaya bangsa dengan citarasa mewakilkan dari daerah di setiap provinsi Indonesia. Tidak ada yang dapat disalahkan, secara spesifik secara umum rata-rata masyarakat lebih menyukai sesuatu hal yang mudah dan instan. Tentu kita semua tahu bahwa sebagian besar kuliner khas daerah untuk menghasilkan rasa yang sempurna memakan waktu yang cukup lama. Di samping beberapa bahan dasar yang semakin menghilang keberadaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H