Suara gemuruh pesawat terbang di sebuah bandara Juada Surabaya amat sangat bising sehingga membuat telinga membengang. Pesawat-pesawat tersebut tampak sedang landing dan ada juga pesawat yang sedang take off. Tepatnya pesawat-pesawat itu tampak datang dan pergi silih berganti. Sedangkan taksi-taksi berwarna biru tampak masih berjejer di emperan gedung bandara tersebut.
Dari kejauhan tampak ada sebuah taksi yang mengarah kearah bandara dan akhirnya taksi tersebut berlabuh didepan emperan gedung bandara. Dari dalam taksi itu keluarlah tiga gadis cantik dan satu cowok mungil. Mereka yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rahma, Dian, Faricha dan Imam. Mereka berempat adalah sahabat sepanjang semester yang selalu menemani Rahma dalam segala aktivitas kuliah maupun kegiatan lain di kampus. Tak lama kemudian setelah Rahma membayar argo taksi, mereka berempat langsung segera mungkin memasuki gedung bandara itu.
Sesampainya Rahma didalam gedung tersebut, matanya tampak melihat kanan-kirinya.
“ Wisnu, nandi pe‟. (Wisnu dimana sih).” seloroh Rahma dengan bernada tanya dan tampak gelisah.
“ Sabar tho, ma. Nanti Wisnu juga ketemu kok, uwes tenang wae.” ujar Imam dengan santai.
tampaknya Rahma masih cemas dan semakin gelisah karena Wisnu-sang pacar belum muncul juga di bandara tersebut.
“ Opo sih ma.ojo gawe kita-kita panik tho. Uwis tenang, Wisnu pasti ketemu. Dewe‟e ora-ora nek kabur. (apa sih ma.jangan buat kita-kita panik dong, sudah tenang saja, Wisnu pasti ketemu nanti. anaknya tidak akan kabur kok).” sahut Faricha sambil lihat kanan-kiri untuk mencari Wisnu juga.
“ Yo uweslah ma. Kita kesana saja, mungkin Wisnu ono nong kono. (ya udah ma, kita kesana saja, mungkin saja Wisnu ada disana).” ajak Dian sambil menarik tangan Rahma ke sebuah ruang tunggu.
Hari ini adalah hari perpisahan antara Rahma dengan Wisnu- kekasihnya. Sebenarnya mereka sudah hampir dua tahun menjadi pasangan kekasih yang dimulai sejak SMA hingga berlanjut Rahma kuliah. Hubugan mereka pernah putus - nyambung karena tidak ada restu dari orang tua. Wisnu adalah cowok tampan yang menjadi pacar impiannya Rahma selama ini. Postur badannya tinggi dan semampai, pokoknya dia keren abis. Itulah kenapa Rahma sayang banget sama Wisnu. Hari ini Wisnu harus pergi ke Kalimantan untuk mengejar cinta-citanya sebagai seorang polisi. Beberapa bulan lalu Wisnu sudah mendaftarkan diri sebagai anggota polisi diwilayahnya. Dan ia mengikuti babak demi babak penyeleksian. Tetapi takdir berkata lain kalau dia harus tereliminasi dari penyeleksian tersebut. Tepatnya dia tidak terpilih menjadi polisi didaerahnya dan terdepak dari pemilihan polisi tersebut. Namanya juga Wisnu, seorang laki-laki tangguh yang tak kenal putus asa dan tak mengenal lelah. Dia terus berjuang mati-matian untuk menjadi polisi hingga ia benar-benar memutuskan untuk ikut pemilihan polisi daerah Kalimantan. Sehingga Wisnu harus mengambil resiko yang amat besar dalam hidupnya. Salah satunya, Wisnu harus meninggalkan keluarganya dan terutama ia harus meninggalkan sang kekasih.
Beberapa minggu yang lalu Rahma dikasih kabar sendiri oleh Wisnu lewat HP jikalau dia harus ke Kalimantan untuk meraih cita-cita sebagai abdi Negara tersebut. Keputusan Wisnu, ternyata membuat Rahma sedih dan menangis selama dua hari dua malam. Sehingga Rahma terpaksa harus meninggalkan kuliahnnya.Tetapi kesedihannya tersebut tak berlangsung lama. Setelah Rahma membuat keputusan untuk ikhlas dan berencana akan membelikan Wisnu cincin yang telah diukir nama mereka berdua. Cincin tersebut sebagai pertanda cinta dan kasih sayang mereka yang amat kuat dan tidak akan terpisahkan sampai kapanpun walaupun dunia ini berakhir sekalipun.
***
Suasana bandara yang penuh dengan pesawat-pesawat itu masih terlihat ramai. Cowok tampan, tinggi dan badannya berisi yang bernama Wisnu itu masih setia dan santai menunggu calon istrinya kelak nanti di ruang tunggu.Wisnu duduk dikursi panjang dan meletakkan tas dan kopernya diatas bangku tersebut. Waktu semakin sempit tapi Rahma tak kunjung menghampiri dirinya. Dilain sisi, Rahma dan kawan-kawan tampak masih bingung mencari Wisnu.Tak lama kemudian Dian tak sengaja melihat cowok yang bernama Wisnu tersebut.
“ Eee…opo iku tha, ma ( apa itu ya..). Yang namanya Wisnu.” tanya Dian sembari menunjuk kearah Wisnu.
“ Haa…endi-endi (mana-mana).” tanya balik Rahma dengan semakin bingung dan berdebar-debar hatinya. Selang beberapa lama kemudian Rahma melihat juga sosok Wisnu yang sedari tadi masih duduk santai diruang tunggu tersebut.
“ Oh ya..itu memang Wisnu.” centus Rahma.
Kemudian Rahma bergegas dengan cepat-cepat menghampiri Wisnu sembari diiring lari kecil menuju dimana Wisnu berada. Sedangkan ketiga sahabatnya, Faricha, Dian dan Imam hanya bengong dan melihat satu sama lain.
“ Rahma….raaaaahhmmaaaaa…” panggil ketiga sahabatnya.
Akhirnya perjumpaan Rahma dengan Wisnu di bandara kesampaian juga. Wisnu berdiri dari tempat duduknya. Rahma masih membuka rasa tersebut dihatinya. Matanya Rahma berkaca-kaca ketika berhadapan dengan Wisnu.
“ Tak usah kamu menangis , yank. Ini hanya perpisahan sementara. Koyo cah cilik wae (seperti anak kecil saja). Aku ke Kalimantan untuk menjadi orang sukses agar suatu kelak nanti aku dapat menikahimu. Mben bapakmu percoyo nek aku iso (supaya bapakmu percaya jika aku dapat ) memberikan nafkah lahir dan batin kanggo sampeyan (untuk kamu), yank. Supoyo aku ora isin karo keluargamu (supaya aku tidak malu dengan keluargamu). Sewaktu aku akan meminang kamu. Ngerti!” kata Wisnu tegas.
Rahma hanya menganggukkan kepalanya sambil menahan rasa tangis dan airmatanya yang hampir jatuh agar Wisnu tidak terlalu tegas dengannya. Watak Wisnu bisa dibilang keras seperti batu tapi hatinya bisa dibilang baik sekali terhadap Rahma.
„Wisnu! Sebenarnya hatiku ini tidak mau kamu tinggalkan. Aku masih ingin bersamamu. Ya Allah tolong aku. Apa yang harus aku lakukan agar aku bisa ikhlas melepaskan Wisnu, sang pujaan hatiku.‟ kata Rahma dalam hati.
“ Tapi jangan selingkuh ya disana, awas pokok‟e. (awas kamu)..” ancam Rahma ke Wisnu sembari memanyunkan bibirnya dan terus cemberut.
“ Rahma, Rahma Sayang, Ya ora mungkinlah (Tidak mungkinlah). Kita kan bisa pacaran jarak jauh. Ngerti ora opo ora ngerti (mengerti atau apa tidak mengerti) he he he..” centus Wisnu sembari bercanda.
“Iya. Aku ngerti yank. Oh ya aku punya sesuatu buat kamu.” tukas Rahma.
Tak lama kemudian Rahma melepaskan pegangannya dengan Wisnu dan berusaha mengambil sepasang cincin didalam tasnya. Duo cincin itu dikeluarkannya. Di permukaan cincin terukir nama mereka berdua.
Beberapa hari yang lalu Rahma telah mewujudkan rencananya untuk memberikan Wisnu sebuah cincin. Rencana itu diwujudkannya juga. Rahma telah memesan duo cincin tersebut disebuah moll terbesar di Surabaya dengan didampingi ketiga temannya tadi. Cincin seharga seratus ribu, yang bisa dibilang harganya ekonomis dan hemat tapi harga cincin tersebut tak begitu penting bagi Wisnu, yang terpenting adalah niat dan cinta Rahma ke Wisnu, tentunya juga keikhlasan hati mereka berdua dalam menjalin cinta.Wisnu pun sahlut dengan niat Rahma tersebut. Akhirnya Rahma dan Wisnu saling memakaikan kedua cincin tersebut di jari-jari mereka berdua. Cincin yang berukir nama Rahma dipakaikannya ke jari manisnya Wisnu sedangkan cincin yang berukir nama Wisnu dipakaikannya ke jari manisnya Rahma.
“ Alhamdullilah yank. Jaga ya cincin ini agar kamu ingat aku terus di Kalimantan.” pinta Rahma ke Wisnu.
“ Pasti yank. Kamu jangan khawatir.” seloroh Wisnu sembari tersenyum ke Rahma agar ia merasa tenang.
Dilain sisi ketiga temannya Rahma. siapa lagi kalau tidak lain dan tidak bukan mereka adalah Faricha, Dian dan Imam merasa terabaikan dan dicuekin. Mereka duduk di sebuah kursi panjang yang hanya mereka bertiga mendudukinya. Ada yang mengantuk, ngomel-ngomel dan main HP.
“ Rahma kok lama benget seh…yo opo iki (bagaimana ini). Aku kudu cepat balik ke jombang. Adikku saiki mantenan (adikku jadi penganten) e…! kepriye..iki. telat la „an (bagaimana ini pasti telat)” Keluh Faricha sambil ngedumel terus.
“Ya Allah, Allah my god…my god.. my god…..Ya ampun. Sudah jam segini loh. Rahma kok ga‟ ndang gage (tidak cepetan). Aku ngeko keri la‟an (nanti ketinggalan) bis ke Bojonegoro, ga iso muleh malah (tidak bisa pulang). Tadi katanya aku mau dikenali sama Wisnu. Kata Wisnu aku suruh ikut kalau aku pulang kesorean nanti sampai rumah malah malam. Pasti bisnya sudah budal kabeh (berangkat semua).” keluh Imam sambil ngantuk-ngatuk.
Sedangkan Dian hanya diam saja dan memainkan HPnya, sebentar-bentar tutup HP, masukkan tas dan diambil lagi hpnya lalu dimainkan lagi dan begitu seterusnya.
“ Stress ya. yan. Dari tadi hp kok dimasukkan lalu dikeluarkan lalu dimainkan dimasukkan lagi lalu dikeluarkan lagi dan seterusnya. Pasti kamu BT ya...” tegur Faricha.
“ ya nih…suweneee…ora kaprah (lama banget). Aku belum cuci baju,umbah-umbahanku akeh (cucianku banyak). Tadi piring dikamar belum aku beresin dan belum dicuci lagi, mana tadi waktu aku mandi Rahma griseni wa‟e (menyuruh cepetan). Aku belum sempat pakai sampo, sabunan urung tutuk pisan.poko‟e puyeng (pakai sabun belum selesai pokoknya pusing)…” keluh Dian sambil cemberut.
“ Sabar yan, sabar yo…lagian loh Rahma juga pisahnya ga tiap hari. Mungkin seratus tahun sekali.” sahut Imam sambil lihat Wisnu dan Rahma.
Tak lama kemudian Rahma mengajak Wisnu bertemu dengan teman-temannya yang duduk di sebuah bangku yang ditempati Wisnu juga.
“ Eh..teman-teman, ini loh yang namanya Wisnu yang pernah aku ceritakan waktu itu.” ucap Rahma ke teman-temannya.
“Hai, kenalkan aku Wisnu.” ucap Wisnu.
“ Hai, aku Faricha…” kata Faricha sembari menjabat tangannya Wisnu dengan menampakkan wajahnya yang masam karena diotakknya yang dipikirin acara pernikahan adiknya.
“ Aku Dian, teman kuliah dan sekaligus teman kosnya Rahma tahun 2010-2013, insyalloh begitu.” lanjut dian dengan antusias.
“ Oh iya, yank. Ini loh yang namanya Imam, yang pernah aku ceritakan waktu itu.” lanjut Rahma sambil menarik tangannya Imam.
“ Hai juga Wisnu. Aku Imam. Aku dari bojonegoro, aku sering dengar cerita tentang dirimu dari Rahma, aku senang berkenalan denganmu.” Sapa Imam ramah.
Pesawat Air Asia segera take off. Bagi penumpang yang tujuannya ke Kalimatan silahkan segera memasuki pesawat. Atas perhatiannya terima kasih.
“ Yank. Aku harus segera pergi. Aku mohon pamit yank…” pamit Wisnu.
“ Tidak. Sayang. Aku masih kangen sama dirimu.” kata Rahma.
Tak lama kemudian Wisnu dan Rahma saling berpelukan perpisahan satu sama lain. Selang beberapa kemudian Wisnu mohon pamit ke Rahma dan teman-temannya. Selepas Wisnu pergi Rahma menangis histeris dan airmata suci tersebut membasahi pipinya. Kacamata yang membalut matanya, ia lepas dan kemudian Faricha mengusap airmata tersebut dengan tisu. Sedangkan Rahma masih tetap terjaga pandangannya kearah Wisnu.
“ Wisnuuuu….” teriak Rahma.
Cinta mereka memang sangat kuat.Walau kini harus terpisahkan dengan laut dan tembok pulau. Namun cinta mereka berdua akan tetap terjaga. Tahun ini akan sedikit membuat Rahma dibalut rasa kesendirian dan pilu pastinya tapi sahabat-sahabatnya akan menjadi sahabat terindah baginya selama dia berjauhan dengan Wisnu.
***
Karya : Imam Aris Sugianto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H