Hari ini, Kamis 29 Mei 2014, Jokowi akan teken kontrak dengan korban lumpur Lapindo Sidoarjo, demikian berita Kompas.com pagi ini. Ya, hari ini tepat 8 tahun yang lalu lumpur di Porong Sidoarjo mulai menyembur. Mula-mula kecil. Tapi  semburan terus membesar dan luapannya melebar. Tak bisa dikendalikan. Menimbulkan dampak pilu yang luar biasa bagi warga di 3 Kecamatan: Porong, Jabon, dan Tanggulangin. Lumpur yang menyembur dari perut bumi itu akibat kegiatan pengeboran minyak di Sumur Banjarpanji-1 yang dilakukan PT Lapindo Brantas, Inc. Tidak dapat minyak tapi malah dapat lumpur!
Fakta di lapangan, akibat semburan lumpur ini, 640 hektare areal terendam di 3 kecamatan. Mengakibatkan 10.426 rumah ikut rusak/tenggelam. Â Sekolah yang ditutup ada 33 unit. Â 30 perusahaan harus relokasi. Termasuk 65 tempat ibadah dan 3 pondok pesantren ikut rusak dan terendam.
[caption id="attachment_326286" align="alignnone" width="640" caption="Pond Lapindo"]
Kehadiran Jokowi ke Lapindo jelas sangat diharapkan dan ditunggu oleh para korban lumpur Lapindo. Mudah-mudahan dalam kontrak dengan warga Lapindo itu, Jokowi akan  menjamin kejelasan nasib warga terdampak yang masih simpang siur kelak kalau terpilih jadi RI-1. Salah satunya adalah proses ganti rugi yang tak kunjung dilunasi. Seperti diketahui,  PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ), adalah perusahaan yang ditunjuk untuk mengurusi, negosiasi sekaligus melunasi ganti rugi. Menurut Kementerian PU, tercatat Rp 781.688.212.111 yang masih  harus digelontorkan PT MLJ (Jawa Pos, 29 Mei 2014). Dan tanggal 30 Juni 2014 adalah batas akhir pelunasan. Mudah-mudahan dengan kehadiran Jokowi ada titik terang tentang nasib sebagian warga Porong dan sekitarnya.
Dampak Lingkungan
Selain masalah ganti rugi, Â permasalahan lingkungan akibat semburan Lumpur Lapindo juga tidak boleh diabaikan. Lumpur yang sudah keluar dari perut bumi sejak 28 Mei 2006 diperkirakan 165,1 juta meter kubik. Dan sampai hari ini, diperkirakan oleh BPLS, semburan lumpur terus keluar dengan volume 25-30 ribu meter kubik per hari. Bukan jumlah yang kecil.
Selama ini, lumpur yang keluar dari perut bumi sebagian ditampung di pond-pond. Namun, pond-pond yang tersedia tidaklah mampu menampung semua luapan lumpur. Akhirnya ditempuh kebijakan dengan membuang dan mengalirkan sebagian lumpur ke Sungai Porong.
[caption id="attachment_326288" align="alignnone" width="640" caption="Mengalirkan dari Pond"]