Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kementerian Dikdasmen, Gebrakan Jokowi Sambut Bonus Demografi?

8 Oktober 2014   04:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:58 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Presiden terpilih, Jokowi sudah mengumumkan postur kabinetnya pada 19 September 2014.  Dari 34 kementerian, ada dua kementerian yang menarik perhatian. Yakni, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah  (Kemendikdasmen) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Kemendikti Ristek). Keduanya merupakan pemisahan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pro kontra pun mencuat. Padahal jika dicermati,  lahirnya Kemdikdasmen ini adalah  gebrakan Jokowi menyambut “berkah” Bonus Demografi.

Bonus Demografi

Bonus Demografi (Demographic Dividen) adalah suatu kondisi dimana usia produktif di suatu negara lebih tinggi dari usia non produktif. Ini salah satu buah dari kontrol kelahiran melalui Program Keluarga Berencana (KB) yang digagas sejak tahun 60'an oleh Kementerian Kependudukan dan diteruskan oleh BKKBN. Seperti yang dirilis oleh Kementerian Perekonomian,  Indonesia termasuk salah satu negara yang sejak 2010 akan menikmati Bonus Demografi. Puncaknya, di tahun 2035, jumlah penduduk produktif di Indonesia akan mencapai angka lebih dari 60% dari populasi penduduk(lihat gambar). Fenomena langka dan luar biasa.

[caption id="attachment_346568" align="aligncenter" width="512" caption="Bonus Demografi "]

1412690534794623850
1412690534794623850
[/caption]

Tak heran, istilah Bonus Demografi pun didengungkan di kalangan dunia pendidikan. Bahkan sudah 3 tahun berjalan. Dalam berbagai kesempatan, program kerja direktorat di bawah Kemendikbud selalu menyinggung pentingnya dunia pendidikan menyambut Bonus Demografi. Ini bisa dipahami,  karena jika "bonus" ini digarap dan dioptimalkan maka akan jadi berkah dan modal dasar bagi  peningkatan produktifitas ekonomi sekaligus pengembangan pasar domestik yang cukup potensial. Namun  jika meleset, negeri  ini tidak makin makmur.  Malah akan terpuruk.

Bencana Demografi

Agar kesempatan langka dan mungkin hanya sekali dialami Indonesia ini bisa dimanfaatkan secara optimal tentu perlu dilakukan langkah persiapan strategis. Kata kuncinya adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang melimpah itu menjadi sumberdaya yang produktif dan unggul. Maka, pendidikan dan kesehatan yang paling "bertanggung jawab" dan berperan sangat vital akan keberhasilan tata kelola penyiapan SDM tersebut. Tentu tidak menafikan sektor-sektor lainnya.

Tepat kiranya jika presiden terpilih Joko Widodo, memisahkan Kemendikbud menjadi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dengan Kementerian Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi (Kementeriandikti Ristek). Ini untuk mencegah terjadinya Bencana Demografi (Demographic Disaster) akibat penyiapan SDM yang salah urus,

Bidang garapan Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan tinggi jelas jauh berbeda. Walau tidak dapat dipungkiri ada titik temu diantara keduanya. Namun, sekali lagi diharapkan, pemisahan ini akan menjadikan kedua kementerian fokus pada bidang garapan masing-masing.

Kemendikdasmen, jika benar-benar lahir di kabinet Jokowi akan mendapat amanah yang sangat besar dan berat. Tugas dan tanggung jawabnya adalah untuk menyiapkan generasi unggul melalui pendidikan anak usia dini sampai usia menengah. Konkretnya, Kemendikdasmen akan memprioritaskan pelaksanaan Wajib Belajar 12 tahun di Indonesia. Tidak sebatas Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajardikdas) 9 tahun. Artinya, setiap anak diIndonesia wajib memperoleh pendidikan sampai menengah atas. Setingkat SMA/ MA atau SMK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun