Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gajah Mada Lahir di Pandaan?!

4 Oktober 2015   07:25 Diperbarui: 3 Maret 2019   23:09 3190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejarah  mencatat. Gajah Mada adalah Mahapatih Amangkubumi mumpuni dan berjasa besar pada Majapahit.  Bahkan, nama besar Gajah Mada, di beberapa daerah, lebih dikenal dari pada raja-raja Majapahit, termasuk Hayam Wuruk atau Sri Rajasanagara (1350 – 1389) sendiri. Karena jasanya,  Professor Muhammad Yamin menyebut Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara. Boleh jadi, konsep Negara Kepulauan Indonesia saat ini adalah visi dari Gajah Mada di tahun 1300 Masehi. Sekitar 7 abad lalu!

Dibalik ketenaran, keunggulan serta kecemerlangan di bidang ilmu politik pemerintahan, hukum serta  kanuragan, namun asal usul, jati diri dan  akhir hayat Gajah Mada masih menjadi teka teki. Gajah Mada muncul dalam sejarah saat menjadi Bekel (kepala)Bhayangkara , yaitu satuan pengawal raja Jayanegara. Gajah Mada mampu menyelamatkan raja ke Bedander karena ada pemberontakan yang dipimpin Kuti. Bahkan, dengan segala daya upaya dan kepiawaiannya, Gajah Mada mampu mengatasi pemberontakan dan mengembalikan Prabu Jayanegara ke dampar kencana tahta Majapahit. Menariknya, tidak mungkin bila Prabu Jayanegara mempercayakan keselamatannya kepada seorang “Gajah Mada” yang tidak diketahui asal usulnya! Ibaratnya, tidak mudah dan tidak mungkin bagi seseorang untuk menjadi bagian apalagi pimpinan Paspampres(Pasukan Pengamanan Presiden) bila tidak memiliki track record yang luar biasa dan istimewa!

Muhammad Yamin mengatakan Gajah Mada lahir di sebuah lembah di dekat sumber mata air Brantas. Di kaki Gunung Kawi dan Gunung Arjuno. Naskah Usana Jawa yang digubah di Bali menyebut bahwa tokoh sejarah kuno ini lahir di Bali. Menurut naskah ini Gajah Madalahir dengan cara “memancar” dari buah kelapa sebagai penjelmaan Sang Hyang Narayana. Jadi lahir tanpa ayah dan ibu. Lahir karena kehendak dewa-dewa (Yamin 1977: 13 dalam  Munandar 2010:1).

Babad Gajah Mada yang juga digubah di Bali menguraikan  Gajah Mada berasal dari pertapaan Lemah Tulis.  Ibunya Patni Nari Ratih yang bersuamikan Mpu Sura Darma Yogi, murid dari Mpu Raga Runting. Namun, Dewa Brahma terpesona dengan kecantikan Nari Ratih sehingga menanam benih dengan cara memaksanya. Akhirnya,  suami istri ini pergi meninggalkan wilayah Lemah Tulis. Mereka mengembara sampai berbulan-bulan dan tiba di kaki Gunung Semeru. Di Desa Mada lahirlah sang jabang bayi laki-laki yang akhirnya diasuh oleh kepala Desa Mada. Kedua orangtuanya melanjutkan bertapa di Gunung Plambang. Kelak si bayi akan menjadi orang besar yang dikenal di seantero Nusantara.

Viddy Al Mahfud Daeri, seorang budayawan berpendapat, bahwa Gajah Mada lahir di Desa Modo yang termasuk Kabupaten Lamongan. Buktinya, di tempat itu ada petilasan yang dipercaya sebagai tempat kelahiran sang Mahapatih Amangkubumi. Akhirnya, Pemda Lamongan pun giat menelusuri bukti-bukti sejarah yang ada.

Interpretasi terbaru: Gajah Mada lahir di Pandaan. Demikian ungkap Agus Aris Munandar. Doktor dan dosen Arkeologi FIB UI. Gajah Mada adalah anak dari Gajah Pagon. CucuMacan Kuping, penghulu tua Desa Pandakan. Bila benar Pandakan yang sekarang, dulu berpangkal kepada Desa Pandakan si Macan Kuping, maka Gajah Mada lahir di Jawa Timur, di dataran tinggi Malang, daerah awal mengalirnya Sungai Berantas (Munandar 2010: 11)

Walau secara geografis Agus Aris Munandar tidak secara tepat menyebut Pandaan sebagai dataran tinggi di Kabupaten Pasuruan di kaki gunung Welirang – Arjuno, pendapat tersebut sangat menarik untuk didiskusikan. Apalagi interpretasi ini sangat dekat dengan perkiraan Yamin bahwa Gajah Mada lahir di kaki gunung Kawi dan Arjuno!

Berita Pararaton menyebutkan bahwa runtuhnya kraton Singosari adalah akibat seranganJayakatwang dari Gelang-gelang/ Kediri Awalnya Raden Wijaya, menantu Kertanegaradisertai dengan pengawal dan teman-teman setianya seperti Lembusora, Nambi, Ranggalawe, Gajah Pagon, Pedang Dangdi mencoba bertahan. Tapi akhirnya diputuskan untuk mengungsi ke utara. Gajah Pagon yang telah bertempur hebat melawan tentara Kediriterkena tombak di pahanya

Pararaton secara lugas dan panjang lebar menulis perjalanan Raden Wijaya yang mengungsi ke arah utara akhirnya tiba di hutan kawasan Telaga Pager. Diputuskan kemudian Raden Wijaya harus menuju Madura meminta perlindungan Arya Wiraraja. Akhirnya, dengan susah payah rombongan Raden Wijaya tiba di desa Pandakan dan diterima oleh kepala desa bernama Macan Kuping. Raden Wijaya disuguhi kelapa muda yang setelah dibuka ternyata isinya tak lain nasi putih.

Lebih jauh Pararaton menyatakan: :

Gajah Pagon tidak dapat berjalan, berkata Raden Wijaya: “Penghulu Desa Pandakan saya titip seorang teman, Gajah Pagon tak dapat berjalan, agar ia tinggal disini”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun