Kamis, 13 Pebruari 2014, sekitar pukul 22.50 WIB, Gunung Kelud yang terletak di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang meletus hebat. Sesuai perkiraan, letusan kali ini eksplosif. Energi yang luar biasa dari perut bumi mendorong keluar material padat (abu, pasir, kerikil, batu). Termasuk lava panas. Diperkirakan lebih dari 120-200 juta meter kubik material vulkanik yang dilontarkan. Penduduk, terutama di daerah Kediri mula-mula mendengarkan dentuman yang menggelegar. Detik demi detik, gelegar terus berulang. Di angkasa, di atas Gunung Kelud muncul jilatan-jilatan api. Lalu diikuti kilatan petir yang bergemuruh. Walau malam itu tidak hujan. Sungguh malam yang mencekam. Namun, kita tak pernah mengira. Bahwa peristiwa yang persis sama pernah terjadi 680 tahun lalu. Seperti yang diuraikan oleh Mpu Prapanca dalam Nagara Krtagama Pupuh 1:4 Ring sakarttu sarena rakwa ri wijil nrpati telasinastwaken prabhu an garbbheswara natha ring kahuripan wihaga nirana-manusadbhuta lindhung bhumi ketug hudan hawu gereh kiltawiletaning nabhastala guntur tang himawan ri kapudananang kujana kuhaka mati tan pagap (Nag 1: 4) Pada tahun saka masa 1256 (1334 Masehi), lahirlah Baginda yang dinobatkan jadi raja. Sejak dalam kandungan di Kahuripan telah ada tanda-tanda Baginda orang yang luar biasa. Gempa, bumi berguncang, hujan debu (abu), gemuruh, halilintar, kilat bersambung di langit. Gemuruh suara Gunung Kampud bergetar banyak orang-orang yang hina dan jahat mati tak berdaya. (Riana: 2009). Prof. Slamet Muljana menyamakan Gunung Kampud sebagai Gunung Kelud. Jika benar demikian, maka tahun 1334 Gunung Kelud meletus hebat. Itulah catatan tertua letusan Gunung Kelud yang pernah ada. Catatan itu bukan fiksi atau sekedar karangan Prapanca. Kebenaran catatan-catatan Mpu Prapanca sudah banyak dibuktikan. Karena Prapanca adalah pioneer jurnalis yang menuliskan fakta. Catatan berikutnya, letusan Gunung Kelud terjadi di sekitar tahun 1500 an dan 1900-an. Lahirnya Hayam Wuruk Seperti yang diuraikan oleh Mpu Prapanca, letusan Gunung Kampud (Kelud) yang dahsyat menandai lahirnya jabangbayi Dyah Hayam Wuruk, putra tertua Tribuwana Tunggadewi, sekaligus cucu Dyah Gayatri Rajapatni yang merupakan istri kesayangan pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya. Prapanca menuliskan peristiwa alam itu dalam kakawinnya untuk menunjukkan, bahwa sejak kelahirannya Hayam Wuruk adalah keturunan orang besar dan akan "membesarkan" Majapahit. Akhirnya sejarah mencatat, di bawah bimbingan ibu dan neneknya serta dukungan Maha Patih Gajah Mada, Hayam Wuruk benar-benar mampu membawa Majapahit pada puncak kejayaannya sekaligus mempersatukan Nusantara. Jika demikian, mungkinkah letusan Gunung Kelud di tahun 2014 ini juga sebagai pertanda bahwa di tahun 2014 akan lahir calon pemimpin bangsa yang mampu mengangkat harkat dan martabat serta kesejahteraan rakyat Nusantara. Tidak perlu menunggu lahirnya calon pemimpin, lahirnya satrio piningit atau atapun sebutannya. Paling tidak di pemilihan pemimpin (presiden) Nusantara nanti akan betul-betul "melahirkan" kembali sosok yang mampu membawa kemajuan, kesejahteraan dan kejayaan Nusantara seperti yang dilakukan Prabu Hayam Wuruk di jamannya. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H