Trowulan, sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto, dipercaya oleh banyak arkeolog sebagai ibukota  kerajaan Majapahit. Salah satu kerajaan besar yang pernah ada di tanah Jawa. Banyak temuan, baik candi, petirtaan, bekas pemukiman, kanal, kolam besar serta sebaran kekunaan yang tersebar di area ini. Terilhami oleh kemashyuran Majapahit dan potensi wisata purbakala yang demikian besar, maka sejak 2 tahun terakhir di beberapa titik kawasan Trowulan sedang disulap menjadi "Kampung Majapahit"
Kampung Majapahit  adalah kawasan pemukiman penduduk berupa  deretan  rumah tinggal  berarsitektur  Majapahit. Rencana awal akan dibangun sebanyak 296 rumah bernuansa Majapahit yang disebar di tiga desa; Bejijong, Sentonorejo dan Jatipasar. Tapi agaknya, jumlah rumah yang direnovasi jadi rumah berarsitektur Majapahit akan terus bertambah. Boleh jadi, inisiator Kampung Majapahit adalah Soekarwo atau  Pak De Karwo, gubernur Jawa Timur sendiri,  lantaran dalam beberapa kali kesempatan mendengarkan pidato beliau. Kemegahan, kemashyuran dan nama besar Majapahit  selalu terselip di dalamnya. Agaknya Majapahit begitu menginspirasi beliau. Tak pelak, anggaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemkab Mojokerto pun digelontorkan untuk pengerjaan proyek ini sejak tahun 2014.
Arsitektur Majapahit
Karena penasaran, saat berkunjung ke Candi Brahu, saya sengaja melewati jalan ke arah Desa Bejijong.  Tentu saja ingin melihat  seperti apa Kampung Majapahit.  Begitu tiba di  Desa Bejijong, saya merasakan ada nuansa yang berbeda dengan kampung yang saya lewati sebelumnya. Di sepanjang jalan Desa Bejijong,  sudah bermunculan rumah berkarakter Majapahit. Berderet di kiri dan kanan jalan desa. K
Sebenarnya rumah bergaya Majapahit  yang dibangun di Desa Bejijong ini merupakan renovasi terhadap rumah-rumah penduduk yang sudah ada sebelumnya. Hanya bagian depan rumah saja yang dibongkar total lalu dibangunkan rumah bergaya Majapahit. Ukurannya juga tidak terlalu besar. Di kisaran 3m x 4m dan 6m x 4m. Lalu disambungkan dengan rumah yang sudah ada dibelakangnya. Namun, ada juga rumah bergaya Majapahit yang berdiri sendiri.
JIka semua pembangunan rumah termasuk pagar di Bejijong selesai dan diikuti dengan rampungnya bangunan serupa di kawasan Sentonorejo, Jatipasar juga Segaran, saya membayangkan munculnya kawasan wisata budaya yang luar biasa di Kabupaten Mojokerto, di Trowulan khususnya. Ini adalah salah satu pengembangan kawasan wisata yang patut diapresiasi. Saya membayangkan, di lokasi ini kelak akan muncul semacam kompleks Kampung Majapahit yang mirip-mirip dengan kawasan Desa Wisata Tradisional di Bali.Â
Tidak hanya berciri khas di bangunannya, tapi juga dilengkapi dengan atraksi budaya yang periodik. Maka, Trowulan akan makin moncer. Tidak saja sebagai kawasan Cagar Budaya yang dilindungi, tapi juga akan menjadi destinasi wisata budaya  andalan Jawa Timur. Tentu saja seiring makin melonjaknya kunjungan wisatawan,  akan mendongkrak geliat ekonomi rakyat di sekitarnya. Karena, rumah-rumah bergaya Majapahit itupun layak menjadi semacam homestay bagi para pengunjung, selain digunakan untuk berdagang, rumah tinggal atau art shop.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H