Berbeda dengan Ruang 1 yang padang jingglang alias terang benderang, memasuki Ruang 2 Museum Sangiran, Klaster Krikilan, Â kita akan dibawa ke suasana hunian manusia Goa yang sesungguhnya. Gelap dengan cahaya remang-remang. Untungnya semburan dingin dari AC besar di pojok ruangan selalu memenuhi seluruh lorong-lorong dan tempat display. Jadi tidak tersiksa lantaran gerah dan gelap. Â
Saran saya  kalau Anda (cewek) penakut jangan sendirian. Di sini, nggak ada security(saat saya ke sana). Beda dengan Ruang 1 yang dijaga dua orang security yang siap diteriaki kalau ada yang ketakutan. Jadi sebelum masuk ruang ini (kalau tidak ada teman) tunggu dan bareng saja dengan pengunjung lain. Siap-siaplah ketemu dengan berbagai macam penampakan. Seru dan mengasyikan.
Museum Sangiran, Klaster Krikilan saya lihat dibangun  dengan desain yang cantik. Tidak saja bentuk bangunan utama yang mirip kubah, tetapi bangunan-bangunan penunjangnya juga artistik. Ini  menyesuaikan dengan kontur tanah lokasi museum yang berbukit dengan jurang-jurang agak dalam di sisi kirinya.Â
Awalnya, pengunjung akan diarahkan ke sebuah koridor panjang yang ditopang balok-balok penyangga sesaat setelah melewati pintu masuk dan membayar tiket 5000 rupiah. Ujung koridor yang melengkung ke kanan dan menanjak akan berhenti tepat di pintu masuk Ruang 3.Â
Tapi, sebelum sampai di ujung, pengunjung akan diarahkan untuk memasuki Ruang 1. Ruang ini adalah dasar kubah Museum Sangiran, tempat menyimpan koleksi-koleksi andalan Museum Sangiran. Ada gading Stegodon (Gajah Purba), fosil vertebrata sampai fosil tengkorak S17 yang melegenda. Cukup sekali putaran untuk melihat koleksi Ruang 1, lalu pengunjung bisa langung keluar dan kembali ke koridor. Berjalan lagi  5 meter sudah sampai di Ruang 2.Â
Nah, di Ruang 2 ini, petualangan manusia Goa pun dimulai. Di sini terpajang aneka koleksi fosil temuan di Sangiran. Lengkap dengan Banner besar yang  menempel di dinding, mendeskripsikan  koleksi-koleksi yang terpajang. Ada diorama kehidupan manusia purba yang dibuat dengan sangat cermat.Â
Diorama-diorama itu  ditampilkan di ruangan yang cenderung gelap. Diletakkan di sudut-sudut, baik kanan dan kiri jalan utama.Â
Ruangan tempat memajang koleksi dan menempatkan diorama dibangun mengikuti kontur tanah. jadi, begitu masuk, kita akan naik memutar untuk bisa menyaksikan seluruh koleksi. Untuk menambah kesan dramatis, di beberapa titik dipasang lampu sorot warna-warni.Â
Artikel TerkaitÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H