Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rekonsiliasi Budaya, Jalan Majapahit di Bandung, Jalan Prabu Siliwangi di Surabaya

17 Maret 2018   09:48 Diperbarui: 17 Maret 2018   10:26 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Prabu Siliwangi  dan Jalan Sunda sudah ada di Surabaya.  Menggantikan Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo. Bandung akan segera menyusul.  Jalan Kopo akan berganti jadi Jalan Hayam Wuruk,  sedang Jalan Gasibu akan menjelma jadi Jalan Majapahit. 

Ya, itu hanya nama jalan jalan baru di Surabaya dan Bandung.  Tapi bukan sembarang jalan karena Surabaya mewakili Majapahit di Jawa Timur.  Bandung mewakili Pajajaran di Jawa Barat. 

Ini salah satu gagasan Pak De Karwo (Soekarwo) Gubernur Jatim yang disambut hangat oleh Ahmad Heryawan,  Gubernur Jawa Barat.  Sebagai salah satu tanda rekonsiliasi budaya setelah 661 tahun Sunda Jawa seakan terpisah. 

Pasunda Bubat

Sebagai pujasatra, Nagara Krtagama kitab kuno yang paling dekat dengan Majapahit memang bungkam tentang Tragedi Pasunda Bubat. Yakni peristiwa terbunuhnya putri keraton Pajajaran Diyah Pitaloka beserta seluruh keluarga raja dan pengiringnya.  Rencananya sang putri akan disunting oleh Prabu Hayam Wuruk jadi permaisuri. 

 Tapi karena terjadi salah pengertian antara Sang Mahapatih Gajah Mada dengan rombongan Pajajaran,  maka terjadilah Pasunda Bubat.  Terbunuhnya seluruh keluarga raja di Lapangan Bubat dekat keraton Majapahit. Ini tercatat dalam babad dan kidung yang lahir beberapa ratus setelah Majapahit runtuh, sirna ilang kertaning bumi. 

Maka,  di masa selanjutnya,  tragedi itu sepertinya membuat trauma di kalangan etnik Sunda dan Jawa.  Salah satunya,  tak pernah dijumpai jalan berbau Majapahit di tataran Sunda.  Begitu sebaliknya,  tidak ada nama nama yang dekat dengan Sunda Pajajaran di Jawa Timur,  Surabaya khususnya. 

Semenjak rekonsiliasi budaya ini dicetuskan,  maka saat itu pula sekat sekat trauma akibat peristiwa sejarah kelam akan disirnakan.  Dua etnik besar Nusantara ini akan lebih menyatu dalam memajukan negeri,  walaupun generasi jaman Now sebenarnya juga tidak paham benar akan Pasunda Bubat itu sendiri.

 Tapi paling tidak sekarang sudah ada jawaban,  di Surabaya sudah ada nuansa Sunda-Pajajaran dan di Bandung sudah hadir nuansa Majapahit. Ya,  semuanya akan makin indah,  seindah dan senikmat kita menikmati Batagor,  Siomay Bandung, Cilok, Cireng, Tahu Sumedang bagi orang Jawa Timur.  Begitu sebaliknya,  Rawon,  Soto Lamongan,  Pecel pun sudah sering dinikmati orang orang di Jawa Barat sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun