Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gajah Mada Lahir di Pandaan?!

4 Oktober 2015   07:25 Diperbarui: 3 Maret 2019   23:09 3190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berkatalah orang Pandakan: “Hal itu akan membuat buruk tuanku, jika Gajah Pagon ditemukan di sini, sebaiknya jangan ada pengikut tuanku yang diam di Pandakan. Seyogyanya dia berdiam di tengah kebun, di tempat orang menyabit rumput ilalang, ditengah-tengahnya dibuat sebuah ruangan terbuka dan dibuatkan gubuk, sepi tak  ada yang tahu, orang-orang Pandakan membawakan makanannya setiap hari

Dari berita ini, dapat ditafsirkan keadaan berangsur-angsur aman dan Gajah Pagon sembuh dari lukanya. Sangat mungkin ia lalu menikah dengan anak perempuan Macan Kuping. Setelah penghulu Desa Pandakan itu meninggal, Gajah Pagon menggantikan kedudukannya menjadi kepala Desa Pandakan. Kemudian keadaan semakin membaik. Majapahit berdiri dan Wijaya menjadi raja. Saat itulah teman-teman seperjuangan Wijaya mendapat kedudukan masing-masing walaupun berbagai sumber menyatakan ada yang tidak puas. Gajah Pagon tetap menjadi penguasa daerah Pandakan.  (Munandar 2010: 11)

Tokoh yang menonjol di awal Majapahit, kala diperintah Raden Wijaya (Krtaraja Jayawardhana) yang menggunakan nama “Gajah” adalah Gajah Pagon. Sedangkan tokoh selanjutnya yang bernama “Gajah“ yang juga terkenal adalah Gajah Mada, di jaman pemerintahan Jayanegara. Nama “Gajah “ sesungguhnya berarti pemberani, tahan mental, tidak mudah menyerah, setia kepada tuannya dan berperilaku seperti hewan gajah yang akan menghalau semua penghalang! Jadi dapat diperkirakan bahwa Gajah Mada sejatinya adalah anak dari Gajah Pagon, salah seorang perwira dan pahlawan Majapahit yang terluka di Pandakan. Gajah Mada lahir dari hasil perkawinan Gajah Pagon dan putri Macan Kuping.Kedua “Gajah” ini  punya nama dan sifat yang hampir identik!

Maka, mudahlah menerima alasan bila Prabu Jayanegara memilih anak muda bernamaGajah Mada untuk menjadi Bekel (Kepala) Bhayangkara, pasukan pengawal raja, karenaGajah Mada memang memiliki track record yang istimewa. Ayah Gajah Mada adalah perwira pilih tanding, setia kepada Raden Wijaya, tidak terlibat dalam berbagai kerusuhan yang muncul saat awal Majapahit berdiri karena ketidak puasan pembagian jabatan atau daerah. Gajah Mada sendiri adalah prajurit  unggul baik secara lahir maupun batin karena gemblengan yang diperolehnya dari ayah dan tokoh-tokoh lainnya kala itu.

Bila Gajah Mada unggul dalam olah lahir dan olah batin hal tersebut dapat dengan mudah dipahami. Pandakan adalah termasuk lereng timur Gunung Penanggungan yang dulu disebut Pawitra. Gunung Penanggungan saat itu merupakan  kiblat bagi masyarakat Majapahit. Di gunung suci inilah banyak terdapat mandala-mandala dan ke-resi-an tempat menggembleng berbagai macam ilmu. Baik ilmu ajaran keagamaan. yoga, mitologi, serta ilmu duniawi seperti ilmu pemerintahan, hukum, politik kerajaan, strategi perang dan mungkin juga dasar geografi Nusantara (Munandar 2010: 15). Tak heran, bila akhirnya,Gajah Mada menjadi tokoh Majapahit yang mumpuni dan memiliki visi jauh ke depan.

Masih ada pertanyaan. Dimanakah letak Telaga Pager? Benarkah Pandakan jaman dahulu sama dengan Pandaan sekarang? Hasil penelusuran Hadi Sidomulyo terhadap beritaNegarakertagama, Telaga Pager terdiri dari dua nama, Pager dan  Telaga. Desa Pager 2 km di utara Damar (termasuk Desa Sekarmojo, Kecamatan Purwosari). Sedangkan Telagamerupakan nama lama dusun Kucur (Sumberejo) yang letaknya 3 Km di barat daya Pager.Ini jelas tidak bertentangan  dengan berita Pararaton, yang menyatakan dari Telaga Pager,Raden Wijaya menuju Pandakan sebelum ke Rembang lalu menyeberang ke Madura.

Nama Pandakan juga muncul dalam kitab Negarakertagama yang selesai ditulis tahun 1365. “ rahina muwah ri tambak i rabut wayuha balanak linakwan alaris anuju ri pandhakan ri bhanaragi amgil…. (Pada hari berikutnya ia melalui Tambak, Rabut Wayuhadan Balanak menuju Pandhakan dan Bhanaragi…) (Sidomulyo 2007: 84)

Tambak adalah dusun di Desa Lemahbang, 14 km dari Purwosari,  Rabut Wayuha tak lain daripada Suwayuwo, 2 km di utara Lemahbang. Balanak dan Bhanaragi tak dikenal lagi. Dari urutan nama tempat itu jelas, Pandhakan tentu saja adalah Pandaan sekarang!

Pandhakan jaman dulu adalah identik dengan Pandaan sekarang juga didukung uraian Piagam Kudadu bertahun 1294, dikeluarkan oleh Kertarajasa Jayawardana berdasarkan pengalamannya saat mengungsi ke Madura. Prasasti Kudadu yang berasal dari Gunung Buthak, Trawas Mojokerto menceritakan terima kasih raja Kertarajasa kepada ketua dusunKudadu yang pernah menerimanya dengan ramah waktu singgah dalam perjalanan ke Madura. Saat mengungsi Raden Wijaya dalam masalah besar. Namun ketua dusun Kudadumenerimanya dengan ramah dan memberinya makan dan minum. Kemudian mengantarnya ke Rembang untuk melanjutkan menyeberang ke Madura.  Demikianlah dapat disimpulkan, nama Kudadu sebenarnya identik dengan Pandak /Pandhakan atau Pandaan sekarang.

Dalam konteks kekinian, tak perlu diragukan dan berlebihan bila kota Pandaan dikemudian hari benar-benar dipilih sebagai ibukota Jawa Timur. Dari segi historis, Pandaan telah menampilkan Gajah Mada sebagai salah satu tokoh utama sejarah kuno Nusantara. Aktivitas jasa, keuangan, industri  serta infrastuktur kota Pandaan berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Kota Pandaan juga menjadi center poin dan urat nadi transportasi kota-kota besar lainnya di Jawa Timur. Begitu juga ketersediaan lahan masih sangat memungkinkan untuk perluasan kota. Daya dukung sumber daya alam, objek wisata alam, objek wisata sejarah Pandaan dan sekitarnya dapat diandalkan. Mau apalagi? Pilihan yang tak ada bandingannya saya kira!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun