Bromo, sangat lekat dengan gunung, pasir, sunrise, kuda serta Jeep. Dipadu dengan tradisi unik dan udara dingin menjadikan "landscape" Bromo begitu menggugah. Tak salah kalau Gus Irsyad, Bupati Pasuruan yang muda, energik dan cerdas mencetuskan Lomba Foto dengan Spot di Gunung Bromo untuk memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan yang ke-1084. Didukung penuh koran Radar Bromo (Jawa Pos), acaranya sukses. Peserta membludak, hampir 200 peserta. Semuanya berebut objek yang sama view Gunung Bromo dari Tosari, Pasuruan. Sabtu, 21 September, pukul 22.00 semua peserta kumpul Technical Meeting di Pendopo Agung Wonokitri, Tosari Pasuruan. Dinginnya malam lereng Bromo menyergap semua peserta lomba foto termasuk pelancong yang hadir di kawasan itu. Peserta lomba menyatu di dalam pendopo untuk menghangatkan badan sekaligus menyamakan persepsi dengan panitia. Sedangkan pelancong mungkin sudah melepas penat di kamar masing-masing di Homestay di sekitaran Wonokitri. Makin larut, udara dingin makin menyengat. Saya dan teman-teman, peserta lomba foto abal-abal (tapi resmi terdaftar lho), memilih menyingkir dari Pendopo Agung dan turun ke homestay milik teman di dekat Pasar Tosari. Jam menunjukkan pukul 23.00. Waktunya istirahat, karena besok pukul 03.00 pagi semua peserta harus siap di halaman pendopo. Berburu Sunrise Pukul 03.00, saya, Pak Imam, Sentot, Galih, Sony, Danny, Toriza, Bu Iman, Uling dan Sita sudah siap dengan jaket tebal, masker, slayer serta kerpus. Tak ketinggalan sarung tangan. Rombongan pun meluncur. Tak sampai 10 menit tiba di pelataran Pendopo Agung. Di sana, tak kurang dari 50 Jeep sudah tumplek blek, siap mengangkut peserta dan pelancong yang akan naik ke Penanjakan. Satu jeep, diisi maksimal 6 orang. Ada pula pelancong yang naik pick up dan sepeda motor. Maka, dini hari itu Wonokitri begitu gaduh. Jalan menuju puncak Bromo yang tak terlalu lebar, jadi makin sempit. Penuh dengan iring-iringan kendaraan yang mengular menembus gelap gulita menuju Penanjakan.
Penanjakan adalah tujuan utama pengunjung ke Bromo sekaligus Spot pertama untuk Lomba Foto. Semuanya berburu
Sunrise. Medannya terletak di sebuah puncak bukit. Jalan menuju kesana lumayan bagus. Hanya perlu ekstra hati-hati karena di sebelah kiri ada jurang yang dalam. Tapi,
driver Jeep Bromo sangat lihai. Mereka sangat hafal lekuk liku jalan di Bromo. Mendekati lokasi, karena padat, mobil nggak bisa lewat. Maka hampir semua rombongan harus turun dari kendaraan dan jalan kaki lebih dari 2 kilometer menuju
Penanjakan View Point. Tapi tak perlu kuatir bagi yang malas jalan kaki. Banyak ojek lalu lalang menawarkan bantuan. Cukup 10 ribu, siap mengantarkan sampai di pelataran Penanjakan. Seperti diduga sebelumnya,
Penanjakan View Point, lokasi terbaik untuk melihat
sunrise di kawasn Bromo penuh sesak. Tangga naik selebar 2 meter tak tersisa sedikitpun. Daripada terus berjubel, saya memilih menikmati Teh Panas dan Pisang Goreng. Sungguh nikmat, sambil menunggu waktu Sang Hyang Bagsakara benar-benar hadir di muka bumi.
Begitu waktunya tiba, rombongan saya pun bergegas menaiki tangga menuju puncak Penanjakan. Mencari tempat yang masih tersisa diantara himpitan ratusan orang, Akhirnya, pukul 05.00 langit Timur mulai memerah. Perlahan sedikit menguning. Tepat pukul 05.30. Mentari benar-benar muncul dari balik gunung di ufuk timur. Pemandangan yang eksotis, luar biasa. Hampir semua pemburu juga mengabadikannya. Keindahan alam, ciptaan Yang Maha Kuasa yang patut disyukuri. Di Penanjakan View Point inilah,
landscape Bromo secara detil bisa diabadikan. Mulai dari lautan pasir sampai deretan gunung-gunung di kawasan Bromo-Tengger-Semeru. Pemandangan yang
mainstream tapi tetap menghanyutkan.
Bukit King Kong dan Love Hill Hampir satu jam kami di Penanjakan View Point, sisi Gunung Bromo yang masuk wilayah Kabupaten Pasuruan. Begitu mentari makin tinggi, hampir semua pengunjung mulai menuruni puncak. Ada yang langsung turun menuju ke kawah Bromo. Adapula yang bersantai ria menikmati pemandangan. Khusus untuk peserta lomba foto, kebanyakan jalan kaki menuju
Spot kedua di
Bukit King Kong.
Menuju Bukit King Kong dari Penanjakan, cukup menyusuri jalan aspal menurun. Tiba disebuah persimpangan, ambil arah kiri. Jalanan masih berupa tanah. Kalau pagi, jalan masih agak basah tertimpa embun,. Jelang siang, jalanan berdebu. Di kawasan Bukit King Kong terhampar
view Bromo yang tak kalah indah. Hampir semua pengunjung mencari sudut-sudut yang menarik untuk diabadikan. [caption id="attachment_281361" align="aligncenter" width="500" caption="Bukit King Kong"]
[/caption]
Tantangan berikutnya adalah memotret dari
Love Hill: Bukit Cinta. Selepas dari Bukit King Kong, semua pengunjung kembali ke kendaraan masing-masing. Sesaat setelah naik jeep, saya dan rombongan sempat dibuat
sport jantung tatkala
driver Jeep memutar balik di jalan yang menurun yang sempit. Di depan ada bukit, di belakang jurang. Maju - mundur, tak kurang dari tiga kali. Dalam hati, Cak legi, sopir Jeep Bromo ini benar-benar nekad sekaligus edian. Belum lagi saat meluncur turun, Jeepnya dipacu agak kencang. Padahal banyak tikungan dan lalu lalang Jeep lain. Saat diingatkan, Cak legi cuma berkata: "
Tenang bos...."Â sambil terkekeh. Jeep pun mulai dipelankan. Tapi, sopir ini memang lihai di turunan, tanjakan dan tikungan Bromo. [caption id="attachment_281363" align="aligncenter" width="500" caption="Deretan Jeep Bromo"]
[/caption]
Tak sampai 10 menit tiba di sebuah tikungan. Banyak penjual makanan di kanan kiri jalan. Beberapa jeep sudah lebih dulu parkir. Banyak motor berjajar rapi di pojok. Jeep yang saya tumpangi parkir di bawah gundukan bukit. Itulah Love Hill. Saya nggak sempat bertanya, kenapa disebut Love Hill. Mungkin sering jadi jujugan foto pre wedd atau tempat muda-mudi memadu kasih barangkali. [caption id="attachment_281364" align="aligncenter" width="500" caption="Bukit Cinta"]
[/caption]
View di Bukit Cinta tak kalah indah. Penghobi fotografi tinggal mencari sudut yang pas untuk diabadikan. Mulai dari kaki bukit sampai puncak bukit. Namun tetap saja, poin utama adalah Kaldera Bromo, Gunung Batok, Gunung Semeru dan deretan gunung kecil lainnya. Bagi saya, sudut yang paling menarik dari Bukit Cinta adalah bisa mengabadikan jeep-jeep yang melaju kencang di lautan pasir Bromo nun jauh di bawah sana. Termasuk view Kawasan Dingklik dan sekitarnya. [caption id="attachment_281366" align="aligncenter" width="500" caption="Ngebut...."]
[/caption] [caption id="attachment_281367" align="aligncenter" width="500" caption="Dingklik.."]
[/caption]
Bromo memang sangat mengesankan. Saat mahasiswa, saya pernah jalan kaki dengan rekan-rekan dari wilayah Probolinggo menyeberang Lautan pasuir menuju Kawah Bromo dan naik ke Dingklik, dilanjutkan turun sampai Wonokitri dan Tosari. Pernah pula mengunjungi Bromo sehari sebelum meletus. Saat itu tak ada larangan naik, karena Gunung Bromo pun sedang tenang. Pernah pula terjebak di lautan pasir gara-gara nekad menyeberang lautan pasir dengan mobil sejuta umat. Nah, hari itu, sebagai peserta lomba foto abal-abal, saya mendapatkan kesan yang lain tentang Bromo: Indah dan sangat menghanyutkan! [caption id="attachment_281368" align="aligncenter" width="500" caption="Pura dan Jeep di Lautan pasir"]
[/caption]
Artikel Terkait : 1.
Terjebak Di Bromo
Lihat Travel Story Selengkapnya