Deretan Rumah Adat Bali dengan arsitektur yang unik, koleksi lukisan klasik yang langka, tinggalan pra sejarah yang antik, lintasan peristiwa Puputan Badung yang heroik, serta ukiran cerita Ramayana di sebuah Gading Gajah adalah cuplikan sajian menarik yang hanya bisa ditemukan di Museum Bali, Denpasar. Maka, jika ke Bali sebaiknya tidak hanya menikmati keelokan panorama pantai, adat dan tradisi unik serta Sunset dan Sunrise. Tidak usah ragu, mampirlah ke Museum Bali! Jujur saja, saya tidak hafal peta Bali. Begitu saya minta mas Edy (teman yang domisili di Bali) menunjukkan letak museum, ternyata saya dan Darmaji diarahkan ke Museum Bali. Halaman depan, sekaligus areal parkir museum sangat asri. Banyak pohon rindang menaunginya. Tepat di depan museum ada lapangan terbuka hijau. Kompleks museum dibatasi tembok tinggi berukir khas Bali. Pintu utama berupa Gapura Bentar yang menjulang. Sedang pintu masuk museum, ada di sisi kiri pintu utama.
Di lantai 2 dipamerkan beberapa koleksi seni lukis klasik Bali. Paling banyak bertema Ramayana. Uniknya, lukisan-lukisan klasik ini dilukis di atas lembaran kulit yang cukup lebar. Cat lukisnya menggunakan bahan-bahan alami. Selain itu ada pula beberapa lembar lukisan abtrak yang terpajang di dinding museum. Mirip-mirip goresan maestro pelukis abstrak Indonesia: Affandi.
Renovasi Keluar dari gedung Timur, saya diajak Mas Putu berkeliling. Dua teman saya memilih istirahat di halaman parkir. Saya menyusuri lorong-lorong nan asri yang masuk kawasan Jeroan (dalam). Ada pohon kamboja yang sedang berbunga. Awalnya tiba di Gedung Buleleng. Ternyata masih direnovasi, termasuk dua gedung lainnya. Gedung Buleleng mencerminkan arsitektur Bali Utara dengan ciri khas sendi tugehnya Patung Singa Bersayap (Singa Ambararaja). Di teras gedung terdapat beberapa arca. Di dalam gedung dipamerkan perkembangan dan pembuatan kain tradisional Bali. Dari yang simpel sampai yang rumit. Ada kain Polos, Poleng, Endek, Cepuk, Grinsing, Songket dan Prada. Di Gedung Buleleng bisa dijumpai juga alat tenun tardisional manual yang disebut "Cagcag".
Di sebelah Gedung Buleleng ada Gedung Karangasem. Juga sedang direnovasi. Gedung ini dulu merupakan bagian Puri Raja. Tempat raja menerima tamu-tamu penting. Disini disimpan koleksi berupa alat perlengkapan upacara Panca Yadnya. Ada pula Pratima (patung perwujudan dewa-dewi) serta Pralingga (binatang mitologi kendaraan dewa, Prerai (gambar wajah jenazah), maket upacara potong gigi dan Kisa (keranjang untuk membawa ayam aduan). [caption id="attachment_293119" align="aligncenter" width="500" caption="Gedung Tabanan"]
Di sebelah Gedung Karangasem ada Gedung Tabanan yang mewakili arsitektur Bali Selatan. Ketika dibangun dulu dibantu oleh Raja Tabanan. Saat masa kerajaan, tempat ini merupakan tempat bertuah, karena berfungsi sebagai tempat menyimpan pusaka. Sekarang digunakan untuk menyimpan peralatan seni tari seperti Tari Sanghyang, Barong, Rejang, serta alat-alat tabuh khas Bali semacam sulingan, rebab, kempli, ceng-ceng, rindik, gong dan gender. [caption id="attachment_293123" align="aligncenter" width="500" caption="Petilasan Taman Sari"]
Selepas mengitari kompleks Jeroan, saya diajak berkeliling oleh mas Putu untuk menapak tilas ke halaman tengah. Ada semacam Taman Sari kecil yang sudah tak berfungsi. Konon dulu tempat putri raja mandi. Saya pun diajak naik ke sebuah menara. Dari sini nampaklah pemandangan di seantero museum. Ada dua turis asing yang ikut naik bersama saya. Turun dari menara, sebelum berpisah saya sempatkan mendokumentasikan Mas Putu yang setia menemani saya di siang yang terik kala itu. [caption id="attachment_293120" align="aligncenter" width="500" caption="View dari menara"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H