Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mexico Hanya Satu, Indonesia Punya Dua "Chichen Itza"

1 Juni 2013   19:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:40 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_257378" align="aligncenter" width="500" caption="Deretan Gapura Paduraksa di Candi Cetho, view dari Teras XII (dok pribadi)"][/caption]

Sepintas, Candi Cetho, Candi Sukuh dan Chichen Itza ini mirip. Hanya ukuran yang membedakan. Bolehlah disebut Candi Sukuh dan Candi Cetho di Lereng Lawu ini sebagai miniatur Chichen Itza yang berdiri megah di Semenanjung Yucatan, Mexico. Jika Chichen Itza menjulang mencapai 24 meter, maka Cheto dan Sukuh tingginya "hanya" 5-6 meter saja. Tapi, Indonesia punya Dua, Mexico hanya Satu saja! [caption id="attachment_257379" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Induk di Cetho (dok pribadi)"]

1370089667741913274
1370089667741913274
[/caption]

[caption id="attachment_257381" align="aligncenter" width="276" caption="Chichen Itza di Yucatan Mexico (altius directory dot com)"]

13700896951453361402
13700896951453361402
[/caption]

[caption id="attachment_257382" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Sukuh di Teras III kompleks Sukuh (dok pribadi)"]

13700897251323062584
13700897251323062584
[/caption]

Pertanyaannya: Apakah Candi Cetho dan Candi Sukuh merupakan hasil karya yang dipengaruhi oleh Budaya Maya? Tentu sulit menjawabnya. Ada pendapat yang mengatakan demikian, seperti yang diungkap oleh Yayasan Turangga Seta. Bahkan,  Turangga Seta juga menghubung-hubungkan  arca-arca di Candi Cetho dan Candi Sukuh, dengan patung-patung/ arca hasil kebudayaan Sumeria yang konon merupakan kebudayaan tertua dunia! Namun, para arkeolog  lebih meyakini bahwa, melihat struktur bangunannya yang mirip punden berundak, Candi Cetho dan Candi Sukuh merupakan warisan masa Majapahit Akhir.. Peninggalan abad 14-15 Masehi. Warisan asli leluhur Nusantara.

Teras VIII-XII

Teras I sampai dengan VII, kompleks Candi Cetho  sudah diulas dalam artikel ”Menikmati Kabut Senja dan Garudeya Di Candi Cetho”. Di teras VIII sampai Teras XII, wujud asli dari teras-teras Candi Cheto sudah tidak nampak. Di tiap teras, terdapat Gapura Paduraksa. Saat ini di tiap teras berdiri pendopo/ cungkup yang merupakan bangunan baru. Digunakan untuk kegiatan ritual maupun tempat meletakkan arca-arca. Di teras IX dan X masing-masing terdapat 2 pendopo. Berangka kayu, beratap genteng.  Di Teras XI dan XII masing-masing terdapat 6 bangunan (bilik) dari kerangka kayu dengan atap ijuk.

Di bilik-bilik beratap ijuk ini,  di dalamnya diletakkan arca.  Ada arca yang disebut sebagai Arca Sabdo Palon dan Naya Genggong. Kedua nama ini dikenal sebagai abdi dalem Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Kemudian di bilik yang lain terdapat arca Phallus (Lingga/ kelamin laki-laki) simbol dari Betara Siwa. Di bilik yang lain dijumpai juga arca Eyang Brawijaya V. Itulah sebabnya, Raja Brawijaya atau Bhre Kertabumi dipercaya Moksa di Lereng Lawu ini

[caption id="attachment_257383" align="aligncenter" width="300" caption="Bangunan dan Bilik tempat Arca (dok pribadi)"]

1370089811378750167
1370089811378750167
[/caption]

1370089839807326795
1370089839807326795

1370089877342399904
1370089877342399904

Selain bilik, sda sebuah bangunan berangka kayu di sekitar bilik-bilik itu yang digunakan untuk  menyimpan beberapa kekunaan tinggalan dari Empu Supa (Empu Supagati). Empu ini tersohor sebagai pembuat Keris dan Tombak dari Kadipaten Blambangan, jaman Majapahit. Hasil karya Empu Supa mempunyai ciri: Besinya hitam padat, keras dan seperti ”berurat”. Bilah kerisnya ramping, tapi berkesan galak dan berwibawa. Pamornya biasanya adalah ”wus wutah”

Candi Induk

Candi  Cetho, sebagai candi induk terletak di Teras XIII. Merupakan kawasan Mandala Utama atau areal paling utama. Tempatnya paling tinggi. Hal ini menunjukkan keyakinan dari pembuatnya bahwa dewa-dewa dan roh leluhur tidak bersemayam di langit, tapi bersemayam di puncak-puncak gunung. Gunung merupakan sumber energi yang luar biasa bagi para penganut Millenarisme.

[caption id="attachment_257387" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Cetho di Gunung Lawu (dok ottes)"]

1370089919404158234
1370089919404158234
[/caption] [caption id="attachment_257388" align="aligncenter" width="300" caption="Negeri di Atas Awan 9dok pribadi)"]
1370089942111329988
1370089942111329988
[/caption] [caption id="attachment_257389" align="aligncenter" width="500" caption="Dewi Saraswati (dok pribadi)"]
13700899632091422766
13700899632091422766
[/caption]

Bila dihubungkan dengan beberapa tinggalan berupa relief, agaknya Candi Cetho sangat erat dengan konsep pengruwatan. Membersihkan diri baik secara lahir dan batin. Ini terkait dengan penemuan beberapa relief Sudhamala di Teras agak bawah.  Begitu juga dengan keberadaan sebuah Sendang (mata air) atau Patirtaan di sebelah atas Candi Cetho, makin menguatkan bahwa konsep ”pembersihan diri”  begitu kental seperti yang tergambarkan di keseluruhan kompleks Candi Cetho. Ini juga dijumpai di kompleks Candi Sukuh.

Sebagai catatan, ada bangunan baru berupa patung berupa Dewi Saraswati yang dibangun sebagai sumbangan masyarakat Bali yang konon untuk "mempercantik"  kawasan sebelah atas Candi Cetho. Cantik atau tidak itu relatif. Tergantung imajinasi dan apresiasi pengunjung dan penikmatnya saja.

Bagi saya pribadi, melihat dan menikmati keunikan karya besar leluhur berupa 2 bangunan  Asli "Chichen Itza”, lalu menghirup segarnya hawa pegunungan, melihat hijaunya pemandangan sekitar  sudah merupakan proses pembersihan batin yang  paling cocok untuk sejenak keluar dari hiruk pikuk keseharian yang kadang bikin spaneng!

[caption id="attachment_257391" align="aligncenter" width="500" caption="Sejuk, Teduh Tenang, Hening, ......... fressh (dok pribadi)"]

1370090092704700545
1370090092704700545
[/caption]

Link terkait :

1. ”Menikmati Kabut Senja dan Garudeya Di Candi Cetho”

2. Candi Sukuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun