Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batu "Sakti" di Tengah Jalan Tol Gempol-Pandaan

11 September 2014   03:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:03 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hitungan jam, berita adanya Batu "Sakti" yang tidak bisa dipindahkan dari tengah sawah yang bakal dijadikan jalan Tol Gempol-Pandaan merebak. Bahkan tersiar pula kalau batu-batu sakti itu malah merusak rantai roda Buldozer. Buldozer berhenti beroperasi karena rantainya mretheli.

Karena penasaran, selesai jam kantor saya pun meluncur ke lokasi. Kira-kira 20 km dari rumah. Posisi persis Batu “Sakti”  ada di lahan garap Jalan Tol Desa Kedanten, Desa Wonokoyo, Kecamatan Beji. Lokasi itu saya peroleh setelah tanya sana-sini sepanjang jalan.

14103561621533335099
14103561621533335099
Batu Sholatan

Sampai lokasi, di tengah sawah kering yang sudah rata, ternyata, tidak saya saja yang datang. Berita adanya Batu “Sakti” sudah mengundang banyak orang. Dari kejauhan, di sebuah bukit kecil (gumuk) saya melihat ada kerumunan manusia. Nampak pula umbul-umbul dan bendera lusuh berkibaran. Bergegas saya pun mendekat. Di atas bukit kecil (gumuk) ada tiga bongkah batu besar yang posisinya saling berdekatan dan menarik perhatian Bentuknya memang bukan seperti batu biasa. Ada yang bulat dengan bekas-bekas tatahan. Ada pula yang lonjong, berdiri tegak dan salah satu sisinya berbentuk kursi. Satu lagi menyerupai kubus.

[caption id="attachment_342009" align="aligncenter" width="360" caption="Mirip Batu Yoni"]

1410356197507622379
1410356197507622379
[/caption]

Uniknya, batu-batu itu sudah diberi nama dari kertas yang tertempel, di masing-masing batu. Entah siapa yang punya inisiatif ini. Namanya: Batu Sholatan, Batu Kursi dan Batu Bedug. Banyak komentar-komentar muncul dari pengunjung maupun penduduk setempat saat merubung batu-batu tersebut. Termasuk perbincangan seputar kesaktian dan tuah sang batu. Seru beritanya. Tak ketinggalan tukang jeprat-jepret (seperti saya he he he) banyak berkeliaran. Banyak pula kaum Selfies yang hadir.

Lingga & Yoni

Namun setelah diamati dalam-dalam, sebenarnya ini adalah batu-batu biasa. Mungkin sejenis Batu Kumbung atau Batu Andesit. Bahan utama pembuatan artefak, arca atau batu untuk candi. Warnanya hitam, keras tapi tidak sekeras batu kali. Jika ditatah tidak pecah berantakan.

Batu Sholatan, menyerupai kubus. Bidang atasnya rata. Menurut penduduk, disebut Batu Sholatan, karena saat areal tersebut berupa persawahan, di atas batu itulah para petani mendirikan Sholat Dhuhur atau Ashar. Jika dicermati, kemungkinan besar batu ini akan dibuat Yoni. Semacam batu berbentuk kubus dengan lubang di tengahnya. Ciri Yoni-nya juga nampak dari salah satu sisi batu yang dipahat menonjol/memanjang. Biasanya dibuat semacam pancuran. Ini merupakan perwujudan jenis kelamin perempuan.

14103562401544905837
14103562401544905837
14103563681898225777
14103563681898225777
Batu Kursi, mungkin pula sedang dalam proses pembuatan Lingga, yakni batu lonjong besar seperti Alu. Sebagai perwujudan alat kelamin laki-laki. Lingga dan Yoni adalah pasangan batu yang hampir selalu dijumpai di bangunan suci Hindu, jaman Singosari-Majapahit.

[caption id="attachment_342011" align="aligncenter" width="384" caption="Mau dibuat Lingga ???"]

1410356280555949631
1410356280555949631
[/caption]

14103563071035301070
14103563071035301070
Sedang Batu Bedug, masih belum diketahui bentuk dasarnya. Bisa jadi sedang dipersiapkan untuk dijadikan arca oleh para Silpin. Entah kenapa, akhirnya pekerjaan itu tidak dilanjutkan dan batu-batunya dibiarkan begitu saja.

Itulah saktinya batu-batu di tengah sawah Desa Kedanten yang mampu menyedot masyarakat yang penasaran (termasuk saya) untuk bersusah-susah mengunjunginya. Walaupun lokasinya gersang, terik, dan berdebu. Kehadiran pengunjung memberi berkah dan keuntungan bagi beberapa penduduk sekitar yang membuka parkir di sekitar lokasi dan memberi rejeki kios-kios penjual makanan dadakan yang bermunculan di sekitar lokasi.

Jadi jangan dibayangkan ada batu yang benar-benar sakti/bertuah. Karena beberapa hari kemudian tersiar kabar kalau batu-batu itu akhirnya “menyerah” dan dapat dipindahkan dengan Buldozer agar tak menghalangi perkerjaan Proyek Tol. Alhamdulillah, saat ini setelah beberapa bulan dikebut, Tol Gempol – Pandaan sudah hampir finishing. Ini sepenggal cerita ringan  di balik pengerjaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun