Dalam hitungan jam, berita adanya Batu "Sakti" yang tidak bisa dipindahkan dari tengah sawah yang bakal dijadikan jalan Tol Gempol-Pandaan merebak. Bahkan tersiar pula kalau batu-batu sakti itu malah merusak rantai roda Buldozer. Buldozer berhenti beroperasi karena rantainya mretheli.
Karena penasaran, selesai jam kantor saya pun meluncur ke lokasi. Kira-kira 20 km dari rumah. Posisi persis Batu “Sakti” ada di lahan garap Jalan Tol Desa Kedanten, Desa Wonokoyo, Kecamatan Beji. Lokasi itu saya peroleh setelah tanya sana-sini sepanjang jalan.
Sampai lokasi, di tengah sawah kering yang sudah rata, ternyata, tidak saya saja yang datang. Berita adanya Batu “Sakti” sudah mengundang banyak orang. Dari kejauhan, di sebuah bukit kecil (gumuk) saya melihat ada kerumunan manusia. Nampak pula umbul-umbul dan bendera lusuh berkibaran. Bergegas saya pun mendekat. Di atas bukit kecil (gumuk) ada tiga bongkah batu besar yang posisinya saling berdekatan dan menarik perhatian Bentuknya memang bukan seperti batu biasa. Ada yang bulat dengan bekas-bekas tatahan. Ada pula yang lonjong, berdiri tegak dan salah satu sisinya berbentuk kursi. Satu lagi menyerupai kubus.
[caption id="attachment_342009" align="aligncenter" width="360" caption="Mirip Batu Yoni"]
Uniknya, batu-batu itu sudah diberi nama dari kertas yang tertempel, di masing-masing batu. Entah siapa yang punya inisiatif ini. Namanya: Batu Sholatan, Batu Kursi dan Batu Bedug. Banyak komentar-komentar muncul dari pengunjung maupun penduduk setempat saat merubung batu-batu tersebut. Termasuk perbincangan seputar kesaktian dan tuah sang batu. Seru beritanya. Tak ketinggalan tukang jeprat-jepret (seperti saya he he he) banyak berkeliaran. Banyak pula kaum Selfies yang hadir.
Lingga & Yoni
Namun setelah diamati dalam-dalam, sebenarnya ini adalah batu-batu biasa. Mungkin sejenis Batu Kumbung atau Batu Andesit. Bahan utama pembuatan artefak, arca atau batu untuk candi. Warnanya hitam, keras tapi tidak sekeras batu kali. Jika ditatah tidak pecah berantakan.
Batu Sholatan, menyerupai kubus. Bidang atasnya rata. Menurut penduduk, disebut Batu Sholatan, karena saat areal tersebut berupa persawahan, di atas batu itulah para petani mendirikan Sholat Dhuhur atau Ashar. Jika dicermati, kemungkinan besar batu ini akan dibuat Yoni. Semacam batu berbentuk kubus dengan lubang di tengahnya. Ciri Yoni-nya juga nampak dari salah satu sisi batu yang dipahat menonjol/memanjang. Biasanya dibuat semacam pancuran. Ini merupakan perwujudan jenis kelamin perempuan.
[caption id="attachment_342011" align="aligncenter" width="384" caption="Mau dibuat Lingga ???"]
Itulah saktinya batu-batu di tengah sawah Desa Kedanten yang mampu menyedot masyarakat yang penasaran (termasuk saya) untuk bersusah-susah mengunjunginya. Walaupun lokasinya gersang, terik, dan berdebu. Kehadiran pengunjung memberi berkah dan keuntungan bagi beberapa penduduk sekitar yang membuka parkir di sekitar lokasi dan memberi rejeki kios-kios penjual makanan dadakan yang bermunculan di sekitar lokasi.
Jadi jangan dibayangkan ada batu yang benar-benar sakti/bertuah. Karena beberapa hari kemudian tersiar kabar kalau batu-batu itu akhirnya “menyerah” dan dapat dipindahkan dengan Buldozer agar tak menghalangi perkerjaan Proyek Tol. Alhamdulillah, saat ini setelah beberapa bulan dikebut, Tol Gempol – Pandaan sudah hampir finishing. Ini sepenggal cerita ringan di balik pengerjaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H