Mohon tunggu...
Teddi Prasetya Yuliawan
Teddi Prasetya Yuliawan Mohon Tunggu... profesional -

Founder of "Indonesia NLP Society" Author of "NLP: The Art of Enjoying Life" Facilitator at "Dunamis Foundation"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tahu Diri

4 November 2012   05:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:00 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah kau percaya pada kesempurnaan penciptaan Tuhan, wahai diri? Bahwa Dia ciptakan segala tanpa cacat, tanpa kesia-siaan? Maka sungguh berani jiwa yang mengatakan dirinya biasa belaka, hidup layaknya air mengalir, mengikuti arus kian kemarin. Sebab dengannya ia katakan Tuhan lalai dalam penciptaan, Dia hadirkan makhluk tanpa tujuan.

Bukan, bukan tanpa tujuan, wahai diri. Pun bukan untuk tujuan yang sederhana pula diri ini diciptakan. Tapi kusamnya cermin hati yang akibatkan diri ini lalai mendapati betapa banyak bekal yang sudah Dia siapkan untuk kita jalankan tugas besar itu. Demikianlah seringkali kita tak tahu diri, merasa tak berarti, padahal tugas besar tengah menanti.

Tahu diri lah, tahu diri. Tengoklah apa yang tampak dari dirimu, lalu hitung harganya. Tengohlah apa yang ada dalam jiwamu, lalu ukur kedalamannya. Sungguh kau bukanlah ciptaan yang sederhana, wahai diri.

Tapi jangan kau bayangkan tugas besar itu semata apa-apa yang dikatakan oleh orang-orang. Bahwa kekayaan itu semata urusan harta. Bahwa kesuksesan itu pastilah beraroma kemewahan. Tugas besar itu bisa jadi tampak kecil, remeh, dan sahaja bagi banyak mata, namun kesungguhanmu menjalankannya lah yang menjadikannya bernilai. Sebab tak perlu menjadi besar bagi berlian tuk menjadi berharga, ia cukup kecil saja, yang dibentuk penuh ketekunan.

Ah, maka tergantunglah dari jernihnya cermin hatimu, wahai diri. Adakah kau yakini dirimu berlian, maka kau gosok dirimu hingga berkilau? Atau kau cermati dirimu layaknya batu jalanan, hingga kau biarkan ia tanpa perawatan?

Kita melihat, apa-apa yang kita yakini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun