Mohon tunggu...
Teddi Prasetya Yuliawan
Teddi Prasetya Yuliawan Mohon Tunggu... profesional -

Founder of "Indonesia NLP Society" Author of "NLP: The Art of Enjoying Life" Facilitator at "Dunamis Foundation"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Kecepatan dan Penghayatan

31 Oktober 2012   05:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:10 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecepatan, seringkali mengurangi penghayatan.”


Kapan terakhir kali berjalan tergesa-gesa? Di kala keinginan untuk cepat sampai itu begitu besar, berapa banyak kah hal yang terlewat tak terperhatikan?

Kapan terakhir kali makan tergesa-gesa? Mampukah mengingat nikmatnya setiap suapan dan kunyahan?

Kapan terakhir kali berkendara tergesa-gesa? Adakah pemandangan sekitar tampak dengan indah?

Adalah tabiat nafsu untuk ingin memperoleh beragam hal secara cepat. Maka diajarkanlah bahwa ketergesaan sejatinya adalah godaan. Dalam ketergesaan itu, diri memang mendapat yang diinginkan secara cepat, tapi pada saat yang sama melewatkan begitu banyak pernak-pernik indah yang disediakan sepanjang perjalanan.

Maka menginginkan sesuatu dengan cepat, seharusnya bukanlah kebiasaan yang layak dilakukan setiap saat. Sebab tanpa makna-makna, adakah kehidupan ini indah? Sekuntum bunga, hanyalah sekuntum bunga. Namun begitu diselipkan makna siapa pengirimnya, jadilah ia kenangan tak terlupakan. Begitulah jiwa, yang selalu bergairah akibat makna-makna.

Berhati-hatilah dengan kecepatan, Sobat. Sebab jiwamu berhak menuai makna yang ia butuhkan, tapi kecepatan merenggutnya. Inginkanlah cepat, hanya pada hal-hal yang memang mendesaknya. Sementara pada banyak hal lain—ya banyak hal lain—nikmatilah penghayatan. Sepakatkah jikalau sesuatu yang dihayati itu menjadi hidup?  Tak ingatkah kau dengan seseorang yang telah lama meninggalkanmu, namun ia tetap hidup sebab kau hayati setiap katanya, nasihatnya, petuahnya?

Zaman ini adalah zamannya kecepatan. Maka waspadalah akan matinya jiwamu jika melulu mengikutinya. Jiwamu perlu hidup, dengan menyelami makna-makna. Dan ini, tak hadir kecuali melalui penghayatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun