Begini anakku, ketika kamu menjadi PIMPRO atas suatu proyek, maka carilah partner yang bisa diajak “cincai”, sehingga mereka mau setor 25% hingga 35% dari nilai nominal proyek tersebut. Si Anak bertanya meyakinkan dirinya, “gimana caranya Pak ?”….. sang Bapak sambil tersenyum menjawab : “Proyek di pemerintahan itu kontrolnya tidak ketat, sehingga asal mau kerja sedikit “bener” aja sudah bisa ambil untung…..jadi, masih banyak rekanan yang mau bekerjasama meskipun “disunat” sebesar itu.
Dan untuk keamanan, sisihkan juga upeti untuk tim pemeriksa keuangan,…… pokoknya, menurut pengalaman Bapak, semua komponen harus dibagiin agar kita tidak di utak atik, termasuk kasih donator untuk kesejahteraan tempat ibadah dan tokoh agama dimasyarakat.
O’oooo, “ini mirip dengan konsep memberikan value kepada semua STAKEHOLDER sebagaimana yang saya dapat di konsep manajemen strategi donk Pak”, sambung si Anak mulai cerdas akan peluang manisnya menjadi koruptor-preneur.
Tapi kalo memberikan uang kepada tokoh agama itu apa mungkin ya Pak, seingatku dari dosen Agama di kuliah semester awal memberikah contoh tentang bagaimana khalifah Abubakar Shiddiq ra bertanya tentang “asal usul” pemberian dari seseorang, apakah pemberian tersebut dari harta halal, syubhat, atau haram.
Dengan ketawa si bapak menjawab : “ Nak, nak…..tokoh agama sekarang ini hanya “bungkus luarnya” aja yang tampak suci, tapi nafsu kebinatangan mereka ya tidak beda dengan para birokrat. Banyak dari mereka yang menjual “ayat ayat” Tuhan dengan harga sebagaimana motivator publik menjual keahlian mereka yang diasah bertahun-tahun.
Salah satu cara melihat apakah tokoh agama tersebut bukan termasuk golongan seperti yang Bapak sebutkan adalah : penampilan mereka sederhana dan qona’ah, serta punya pekerjaan lain yang mapan diluar status keagamaannya. Diluar itu, mereka adalah Agamawan-preneur, penjual “ayat-ayat” Semesta dengan harga murah.
Si Anak semakin paham dengan realita kehidupan sebagaimana penjelasan Si Bapak. Kemudian ia melanjutkan pertanyaannya : “ Lalu bagaimana cara kita mengamankan harta hasil korupsi, karena menurut ilmu perilaku yang kupelajari di kuliah ternyata seseorang cenderung MUDAH MEMBELANJAKAN sesuatu yang DIDAPAT DENGAN CARA MUDAH ?”.
Dengan tersenyum Bapak menjawab :”Belilah sesuatu yang TIDAK MENCOLOK”…….jawab si bapak sambil memelintir cincin berlian 3 karatna. “Gimana maksudnya Pak, kok aku masih belum mudheng”, tanya si Anak lebih lanjut.
Yeahhh……kamu bisa belikan uangmu MOBIL ANTIK, SEPEDA MOTOR ANTIK, hingga PERHIASAN BERLIAN. Atau kalau kamu belikan rumah dan tanah, maka gunakan nama anak yatim atau anak angkat yang menjadi tanggunganmu. Ingat, jangan sekali-kali gunakan nama saudara dekatmu, karena akan mudah dilacak, ….gunakanlah nama anak angkat dan anak yatim binaanmu yang sudah dewasa (punya KTP), pasti aman dan sulit dilacak. Oleh karena itu, kamu sudah harus mulai menyantuni anak yatim dan memelihara anak angkat untuk tujuan tersebut, selain efek positipnya kamu akan dipersepsikan masyarakat sebagai ORANG DERMAWAN dan PEDULI KAUM LEMAH.
Membeli mobil atau sepeda motor antik akan menyamarkan nilai pembelian, karena kamu bisa berdalih dengan kuitansi pembelian DOWN UP, bahwa harga beli barang antikmu sangat murah sekali. Padahal kalau kamu paham bisnis barang antik, yang namanya mobil dan sepeda motor antic jenis-jenis tertentu itu harganya setiap tahun akan naik dan semaikin mahal. Cara ini biasa digunakan para koruptor-preneur untuk MONEY LAUNDRING. Ingat anakku, ….. jangan mengulangi kesalahan tokoh partai yang pernah dapat mobil mewah Harrier-Lexus dan Camrydari kontraktor, karena jual belinya dan harga perolehannya sangat gampang dilacak.
Membeli batu permata dan berlian juga menguntungkan kalau kamu pergi ke luar negeri dengan tanpa membawa banyak uang tunai. Tetapi ingat, belilah batu permata atau berlian dengan SERTIFIKASI INTERNASIONAL, sehingga kamu bisa menjualnya langsung di counter – counter jaringannya di seluruh dunia. Dengan membawa satu cinicin berlian 1 (satu) karat kualitas VVF1, maka kamu akan bisa tukarkan dengan uang tunai hampir 1 M (Milyar) Rupiah di Singapor, Belanda, Jepang dll untuk modal kamu foya-foya bersama keluarga. Dengan demikian, kamu tidak perlu deklarasi di pabean, karena cincin berlianmu tidak akan diperiksa apakah itu asli atau palsu.
Wah…wah, kok dosen ekonomiku kagak pernah cerita seperti ini ya Pak ? …. (Bersambung ke PART 3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H