Siapa yang tidak kenal dengan Muhammad Ali, semua orang mengenalnya bahkan menjadi inspirasi muslim Amerika dan dunia. Dari namanya saja sudah bisa ditebak betapa besar cinta Muhammad Ali terhadap Rosulullah SAW dan sahabat Ali Ibn Abi Thalib. Jangan kemudian, menuduh Muhammad Ali pengikut Syiah karena namanya menggunakan “Sahabat Ali Ibn Abi Thalib”.
Karena begitu cinta dan menjunjung Rosulullah SAW, Muhammad Ali tidak mengijinkan namanya di tulis di lantai bawah karena khawatir di injak, tetapi di dinding sekaligus menjunjung tinggi nama Muhammad sang utusan Allah SWT. Hal ini mengingatkanku ketika melihat sosok ulama’ sufi yang tidak mau menulis ayat-ayat Al-Quran menggunakan kapur tulis, karena khawatir jika tulisan itu terhapus maka kapur tulis yang sudah menjadi debu itu terinjak dan itu sama dengan tidak melecehkan lafadz Allah SWT.
Teringat juga kisah Imam Malik ra, yang tidak mau menunggangi kudanya ketika memasuki di kota suci Madinah, beliau merasa ada Rosulullah SAW masih hidup dan tidak pantas bersikap demikian.Begitu juga ketika membaca satu hadis, Imam Malik ra, mandi terlebih dahulu, kemudian bersuci (wudhu’), mengenakan baju paling bagus lengkap dengan imamahnya, memakai wewangian. Kemudian Imam Malik duduk di bahwa lantas berkata “seolah-solah aku sedang berbincang dengan Rosulullah SAW”.
Teringat pula terhadap Ali Ibn Abi Thalib ra, ketika daun pintu rumahnya rusak. Kemudian Ali Ibn Abi Thalib melepasnya dan membawanya keluar dari kota suci Madinah. Setelah keluar dari perbatasan, sahabat Ali Ibn Abi Thalib ra membetulkan daun pintu itu hingga selesai. Kemudian membawanya pulang, kemudian diletakkan kembali pada rumahnya. Ali Ibn Abi Thalib ketika ditanya, kenapa memperbaikai daun pintu harus keluar dari kota suci Madinah, Beliau ra, menjawab “aku tidak i gin menyakiti Rosulullah SAW”.
Begitulah cinta sahabat terhadap Rosulullah SAW, mereka tidak mengikuti jejak Rosulullah SAW, lebih dari itu mereka juga menjaga nama besar Muhammad SAW. Suatu ketika, datang seorang laki-laki Badui kepada Rosulullah SAW, lalu bertanya “wahai Muhammad..!kapan datangnya hari kiamat? Kemudian Rosulullah SAW menjawab “apakah engkau sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya?
Orang itu menjawab singkat dan padat “Aku tidaklah mempersiapkan diriku dalam menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta kepada Allah dan Rosul-Nya. ” Mendengar jawaban itu, Rosulullah SAW bersakata “engkau bersama dengan orang yang engkau cintai” (HR Bukhori).
Di dalam hadis lain, Anas Ibn Malik ra merasa bahagia mendengar pernyataan Rosulullah SAW, lalu Anas ra, mengatakan “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi SAW “ Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Kemudian sahabat Anas pun berkata “Kalau begitu aku mencintai Rsoulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka”.
Anas Ibn Malik ra, salah satu sahabat Rosulullah SAW yang kaya raya, banyak anaknya, dan panjang usianya. Konon, usia Sahabat Anas ibn Malik mencapai 125 tahun. Suatu ketika Said Al-Bunani seorang tabiin melihatnya, kemudian mendekat dan menyalaminya. Beliau tidak menyia-nyiakan kesempatkan dengan mencium tangan mulia Anas ibn Malik ra. Kemudian Said Al-Bunani berkata “tangan beliau pernah bersentuhan dengan tangan Rosulullah SAW”.
Nah, Muhammad Ali barangkali satu di antara umat Rosulullah SAW yang sangat istimewa. Dengan kelebihan yang dimiliki, Muhammad Ali bisa menjadi insprirasi bagi umat Islam di USA dan Eropa, ahkan dunia. Bahkan, Muhammad Ali satu-satunya petinju muslim yang benar-benar menyuarakan islam di Amerika. Untuk menjadi seorang kekasih Allah SWT, tidak harus banyak wiridah, banyak sholat sunnah, atau banyak membaca Al-Quran dan hadis. Untuk menjadi kekasih Allah SWT, juga buka harus dari bangsa Arab. Muhammad Ali itu, ibarat Bilal Ibn Rabbah di era Modern. Muhammad Ali menyempurnakan hidupnya dengan mengikuti toriqoh yang di baiat oleh Syekh Kabbani. Dengan demikian, Muhammad Ali telah memasuki dunia hakekat yang sebenarnya di dalam mengenal Allah SWT.
Sebagai seorang petinju sejati, tentu saja Muhammad Ali memiliki penghasilan yang sangat fantastis. Tetapi, sebagai seorang muslim sejati, uang yang diperoleh bukan untuk dirinya sendiri, tetapi juga diberikan kepada sesama. Muhammad Ali itu dikenal sangat dermawan (suka berbagi kepada sesama), dan ciri khas seorang kekasih Allah SWT, suka berbagi kepada sesama, dan memberikan yang terbaik kepada sesama. Sebagaimana pernyataan Allah SWT yang artinya "tidak akan mendapatkan kebaikan (surga), sehinga dia menginfakkan apa yang ia cintai".