Memasuki bulan Rabiul Awwal, sebagian besar umat Islam Indonesia sibuk merayakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Setiap Kota dan Kabupaten, Provinsi, mulai Jakarta hingga ujun pula Jawa Bayuwangi merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bahkan kampus, sekolah, perkantoran merayakan kelahiran Rosulullah SAW. Bulan Maulid Nabi SAW sangat istimewa bagi umat islam, khususnya bagi orang-orang Indonesia.
Republika-pun membuat sebuah tajuk akbar “ Dzikir Nasional dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW”. Tokoh-tokoh Nasioanal, seperti; Yusuf Mansur, Anis Basoedan, Eric Yusuf, Haidar Nasir, Tengku Zurkarnain, Hasyim Muzaddi, Zulkifli Hasan. Dalam rangka menyambut tahun baru Masei yang tepat pada bulan Rabiul Awal, yaitu peringatan kelahiran Rosulullah SAW.
Ustad Fadlan Garamathan juga Dai dari tanah Papua, selalu riwa riwi dari dari kota ke kota, desa ke desa dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Intinya, bagaimana mengajak dan mengenalkan pribadi Rosulullah SAW, baik penuturan, tindakan, serta sikap Rosulullah SAW sebagai Uswatun Hasanah.
Nah.., kota Malang, salah satu dari sekian banyak kota yang paling banyak dengan organisasi (komunitas pengajian dan sholawatan). Sebuat saja, Riyadul Jannah, Al-Ridwan, DPI (Dakwah Pemuda Islam). Setiap hari Riyadul Jannah berkeliling Malangraya dengan menyuarakan sholawat kepada Rosulullah SAW. Masjid, Kampus, Musollah, Instituasi, selalu diramaikan dengan sholawatan. Komunitas pendukung sepakbola Malangraya, atau yang kebih populer dengan “Arema” mengusung sebuah topic “Arema Bersolawat”.
Bagi bangsa Indonesia, bulan ini sangat istimewa, karena umat islam itu sedang “demam sholawat”. Peringatan Mualid Nabi Muhammad SAW dimana-mana, baik desa maupun kota. Setiap malam anak muda, remaja, dewasa, orangtua, bahkan lansia berbondong-bondong menghadiri Majlas Taklim dan Sholawat.
Terkait dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada bulan Rabiul Awal, memang ada sebagian dari komunitas yang tidak suka, kemudian mengecamnya dengan embel-embel “bidah”. Karena bidah itulah, umat islam yang bersholawatria karena merayakan peringatan Maulid Nabi SAW termasuk ahhli neraka. Seolah-seolah “bidah itu menjadi dzikir mereka” untuk menjustifikasi masyarakat Muslaim yang bersholawat dengan “ahli neraka”.
Masih membincangkan sholawatan, deman sholawat itu bukan hanya di pulau Jawa, Sumatara, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Ambon, Papua, Bali, NTB beramai-ramai merayakan Maulid Nabi SAW. Salah satu bukti cinta kepada Rosulullah SAW, banyak membaca sholawat kepadanya.
Nabi SAW mengatakan:” sesungguhnya paling utamanya hari kalian, adalah hari jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku pada hari jumat, karena sholawat kalian ditampakkan kepadaku. Mendengar pernyataan Rosulullah SAW, sahabat bertanya:”bagaimana mungkin sholawat kami ditampakkan kepada engkau wahai Rosulullah SAW? Sementara engkau telah tiada (wafat). Kemudian Rosulullah SAW menjawab:”sesungguhnya Allah SWT mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi ” (HR Al-Hakim, Abu Dawud, Ibn Majjah, Ibn Hibban).
Umat Islam Indonesia tidak memperdulikan dengan orang-orang (aliran pendatang) yang mengatakan:”merayakan mauled Nabi itu bidah”. Dalam artian orang yang melaksankan berdoaa dan masuk neraka. Sebab, jauh sebelum aliran anti sholawatan nabi, para salaf dan ulama terdahulu sudah melakukan itu.
Membaca sholawat terhadap Nabi SAW, ketika beliau masih hidup atau sudah tiada (wafat), adalah bagian dari bentuk cinta terhadap Rosulullah SAW. Buktinya, Allah SWT juga bersholawat kepada Rosulullah SAW. Allah SWT berfirman yang artinya:”Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai Orang-orang yang beriman, bershalawat-lah kalian untuk Nabi Dan Ucapkan salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab (33: 56).
Orang yang rajin bersholawat kepada Rosulullah SAW, kelak akan memiliki kedudukan yang istimewa di sisi-Nya. Setiap sholawat yang terucap, dari manapun Nabi SAW akan menjawabnya. Menariknya, Nabi SAW mengetahui siapa saja yang mengucapkan sholawat kepada dirinya.