Ary Ginanjar mampu mengurai dan memaknai rukun islam, iman, dan ihsan dalam sebuah buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasann Emosi dan Spritual ESQ”.Bagunan megah menara 165 yang bertuliskan lafadz “Allah” di Simatupang menjadi bukti, bahwa orang islam itu juga mampu Berjaya dan sukses dalam hidupnya, jika benar-benar mengerahkan semua kemampuan emosional, spiritual. Jangan, lupa semua itu karena kekuatan Allah SWT. Gedung menara 165, merupakan bagian dari pokok pikiran nyata dari sosok muslim yang bernana “Ary Ginanjar”.
Biasanya, seorang sarjana lulusan timur tengah, seperti; Arab Saudi, Mesir, Maroko, sering kali menulis seputar fikih, hadis, tafsir, sirah Nabawiyah, serta akidah. Walaupun tidak dipungkiri, ada juga yang focus masalah tehnologi dan informasi. Tetapi itu sangat sedikit dan langka. Ada juga sih yang menulis seputar kajian ilmu hadis dan kajian ilmu agama lainya.
Jadi tidaklah aneh, jika banyak sarjana dari timur tengah itu paling suka membahasa masalah-masalah fariyah “sesat dan menyesatkan”. Sementara sarjana yang lulusan barat, kadang menulis seputra filsafat, kritik terhadap hadis, bahkan ada juga yang kritik terhadap tafsir Al-Quran. Padahal, ulama-ulama Al-Quran yang mendalami Al-Quran dan hafal dengan menguasai Qiraah Sabah tidak pernah mengkritiknya.
Ketika masyarakat sudah mulai rindu akan kedamaian, rindu akan persatuan, dan rindu juga akan kesejukan. Ketika manusia kering ruhaninya, karena gemerlap dunia dan pekerjaan. ESQ 165 yang digagas oleh Dr. Ary Ginanjar mampu tampil apik dan menarik yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat Nusantara, baik akademisi maupun masyarakat awam. Tidak sedikit masyarakat elit, seperti; dosen, dokter, pejabat baik polri maupun TNI, perbankan yang ikut serta training ESQ 165, di situlah mengerti hakekat ketenangan dalam beragama.
Ketika terjadi demo besar-besaran pada November dan desember 212, ribuan polisi ikut serta menyejukkan dengan alunan Asmaul Khusna. Itu tidak lepas dari sentunan dingin tangan Ary Ginanjar dan Tito Karnavian yang sepakat menyejukkan suasana damai dengan kalimah-kalimah toyyibah. Karena Asmaul Khusna itu merupaka dzikir kepada Allah SWT, dan sesungguhnya menyebut Allah SWT itu bisa menentramkan hati.
Training ESQ 165 itu bukan hanya membaca Asmaul Khusna, tetapi karena memang di dalamnya ada unsur kekuatan “Ihsan”. Menurut pernyataan Rosulullah SAW, Ihsan itu menyembah Allah SWT seolah-olah kalian melihat-Nya, jika tidak mampu, sesungguhnya Allah SWT melihat kalian”. Dengan demikian, maka seseorang yang merasa ber-iman tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar aturan, apalagi sampai melanggar peraturan Allah SWT.
Banyak sekali orang yang rajin menunaikan sholat lima, tetapi usai sholat justru memaki-maki rekan-rekanya yang belum sholat. Dia lupa, bahwa yang demikian itu tidak dibenarkan agama, dia juga lupa apa yang dilakukan itu dilihat Allah SWT.
Banyak sekali khotib jumat yang memakai dengan dalil-dalil yang diucapkan dengan fasih, tetapi dia lupa kadang dalam khutbahnya justru memprovasi orang lain untuk saling membenci.
Kadang tidak jarang mengajak jamaah membenci dan mencela, padahal itu tidak dibenarkan dalam ajaran agama. Nabi SAW sendiri mengajarkan, agar sesama muslim itu harus saling “menebarkan salam (senyum), melestarikan silaturahmi, suka berbagi”. Dalam sebuah hadis, Rosulullah SAW mengajak agar sesama muslim itu bersaudara.
Melalui traiding ESQ 165, Ary Ginanjar mampu mengemas hadis itu dengan saling sapa dan senyum. Setiap bertemu, para trainging agar saling menyapa dengan melempar senyuman dan saling, silaturahmi. Setiap akan memulai training selalu mengajak dengan “salam semut”. Ini bagian dari memaknai hadis Rosulullah SAW terkait saling menyapa.
Jika Ihsan ditanamkan sejak dinim, tidak akan ada yang korupsi, karena mereka merasa selalu dipantau oleh Allah SWT. Kalau setiap orang merasakan bahwa Allah SWT selalu hadir dalam setiap saat dan waktu, maka tidak satupun orang akan melakukan kejahatan.