Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan Mesra NU dengan Habaib di Nusantara

4 Desember 2016   17:36 Diperbarui: 4 Desember 2016   17:47 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap ada acara Majlis Taklim wa Al-Maulid Rosulillah SAW dimana saja berada, warga NU di Nusantara selalu menempatkan para habaib (durriyah nabi) ditempat yang istimewa. Ini merupakan bentuk ta’dim seorang santri kepada keturunan Rosulullah SAW. Itu semua dilakukan karena telah di ajarkan para ulama dan Kyai Nusantara. Ketika bersalaman, Kyai-pun yang ilmunya tinggi tetap mencium tangan, karena ingin mendapatkan berkah. Begitulah keyakinan orang NU.

Setiap pengajian, seperti; maulidan, aqiqoh, khaflatul arus, para Habaib selalu mendapatkan tempat istimewa. Begitulah para Kyai dan Ulama NU mengajarkan kepada para santri dan masyarakat. Bahkan, kadang ada seorang Kyai rela tidak dihormati, yang penting para Habaib itu mendapatkan tempat istimewa di hati masyarakat. Begitulah kesantunan dan ketawaduan Kyai NU-Santara kepada Durriyah Rosulullah SAW.

Ketika pengajian Riyadul Jannah mislanya, ratusan bahkan ribuan santri kota Malang ikut serta datang dan mengalunkan shoawatan dengan tidak kenal lelah. Mereka berdatangan dari berbagai tempat, tidak perduli hujan turun, yang penting bisa hadir meryakaka Maulid Nabi Muhammad SAW. Bahkan ada yang rela nabung, demi untuk mengikuti Majlis Taklim dan Maulid Rosulullah SAW.

Ketika perayaan maulidan, para habaib duduk di depan, sementara santri-santri dan masyarakat menyaksikan sholawatan yang dialunkan. Para santri rela duduk berjubel, menyaksikan dan mengamini doa-doa yang dipanjatkan oleh para Habaib di atas panggung. Gus Rohim Al-Marhum, perintis Majlis Riyadul Jannah, telah menempatkan para habaib sesuai dengan maqomnya. Dengan begitu, masyarakat dan santri juga ikut serta memulyakannya.

Para Kyai NU-Santara telah mengajarkan ahlak dan budi pekerti terhadap Rosulullah SAW, serta bagaimana cara terbaik memulyakan mereka. Walaupun tidak dipungkiri, banyak para habaib yang tidak ber-ilmu. Karena memang habaib itu para pedanga di pasar besar. Tetapi, maqomnya tetap istimewa, karena darah yang mengalir pada diri Habaib itu darah Rosulullah SAW, maka ulama NU-Santara tetap memulyakan dengan sebaik-baiknya. Bahkan, tidak boleh berkata-kata jelek atau menghina terhadap keturunan Rosulullah SAW, walaupun habin tersebut tidak bisa ngaji.

Tetapi, sekarang mulai muncul isu-isu yang kurang sedap di dengar bahkan mulai viral. Banyak kalangan Habaib yang kurang taldim terhadap ulama NU. Padahal, ulama itu juga memiliki tempat yang istimewa. Kemulyaan itu bukan karena ulama itu meminta, tetapi karena dawah Rosulullah SAW yang artinya “ulama itu pewaris para nabi”.

Kyai NU, tidak ingin mendapatkan perghargaan dari para habaib. Kewajiban Kyai NU itu ngajari ngaji Al-Quran, nagjari fikih thoharah, dan juga menanamkan ahlak dan budi pekerti kepada santri agar tetap takdim terhadap keturunan Rosulullah SAW. Walaupun habib tersebut tidak bisa ngaji.

Perlu diketahui, bahwa di dalam tubuh organisasi NU, ratusan para Habaib yang menjadi pengurus, seperti; Habib Zen Smith, Habib Lutfie Pekalongan. Barangkali, NU menjadi satu-satunya Jamiyah Islamiyah yang memberikan tempat istimewa terhadap keturunan Rosulullah SAW. Durriyah Rosulullah SAW itu ibarat permata yang tetap istimewa dimanappun berada. Karena itulah ulama Nahdiyin selalu memulyakannya.

NU Mengajari Bagaimana Cinta Durriyah Nabi SAW.
 Ulama Nahdiyin telah mengajari bagaimana cara mengajari mencintai Allah SWT dan Rosulullah SAW, juga mencintai Al-Quran. Mereka juga mengajari bagaimana semestinya mencintai Durriyah Rosulullah SAW (habaib). Barangkali, tidak ada yang lebih besar mencintai anak cucu Rosulullah SAW, melebihi yang diajarkan NU.

Ketika ada kelompok yang mengatakan bahwa “keturunan Rosulullah sudah tidak ada/terputus". Para ulama dan Kyai keliling dari kampungke kampung, hingga pelosok Nusantara, juga tidak lupa di perkotaan, mereka-pun berkata “cintailah Arab, karena Rosulullah SAW itu orang Arab dan berbahasa, Al-Quran juga berbahasa Arab”.

Ketika bulan Maulid Nabi tiba, ratusan, ribuan, bahkan jutaan warga NU meramaikan hari kelahiran Rosulullah SAW. Warga NU, kadang mendapat cemooh dari tetangga sebelah, bahwa maulidan itu bidah (sesat) dan masuk neraka. Tetapi, semua tidak diperdulukan karena cinta terhadap Rosulullah SAW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun