Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Drama Politik Ahok Era Jokowi

16 November 2016   23:26 Diperbarui: 16 November 2016   23:36 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semua telah menduga dan yakin bahwa Ahok itu menista Al-Quran, karena mengutip QS Al-Maidah 51. Mestinya Ahok tidak mengutip QS Al-Maidah 51, karena suhu politik DKI Jakarta sedang panas dalam. Apalagi, banyak sekali kalangan yang tidak suka dengan keberadaan Ahok sebagai gubernur  DKI Jakarta. Dulu, Ahok itu orang Gerindra, kemudian keluar dari gerindra, pasta saja jika semua orang-orang Gerindra panas dalam. Lagi pula, yang paling berhak mengutip Al-Quran itu pakar Al-Quran, yaitu orang islam.

Dalam kasus ini, ada sih yang berpendapat bahwa Ahok itu tidak menistakan Al-Quran, karena tidak ada unsur niatnya, begitu juga dengan sebaliknya. Kalaupun Ahok itu salah, Ahok sudah meminta maaf kepada semua umat islam atas kutipan itu. Ahok sudah mengungkapkan bahwa dirinya tidak ada niat menghina umat islam dan Al-Quran.  Muslim yang baik itu pasti akan memaafkankan si Ahok. 

Saat ini, tidak ada nama yang lebih populer di dunia, melebihi nama Ahok. Hampir semua penduduk yang bermukim Nusantara dan luar negeri, sekarang kenal Ahok. Anak-anak, remaja, muda, tua renta, semua kenal Ahok. Orang Arab, Eropa, Afrika, apalagi China, sudah pasti kenal Ahok. Bisa jadi ini menguntungkan Ahok, karena semakin populer tanpa harus mengeluarkan biaya sedikitpun. Pendeknya, ini menjadi Iklan gratis bagi Ahok. Lihat saja, semua stasiun telivisi berlomba-lomba mengabarkan seputar Ahok, sementara calon Gubernur DKI lainya timbul tenggelam.

Selain, Ahok orang yang tekenal itu adalah Habib Rizieq Shihab. Siapa yang tidak kenal dengan Rizieq. Apalagi keturunan Arab, sebagian besar mengenal dan menjadi pendukung setianya. Tidak aneh jika ada pengikut setia Habib Rizieq Shihab mengatakan bahwa Rizieq Sihab itu seorang wali. Karena begitu mengagumi kepribadian dan keberanian Habib Rizieq Sihab. Tetapi, bagi sebagian kalangan santri, seorang Wali tidak akan diketahui, kecuali komunitas para Waliyullah.

Habib Rizieq dan Ahok menjadi topic menarik tahun ini. Keduanya menjadi idola media, baik tulis maupun audior. Keduanya juga memiliki keberanian dan nyali yang tinggi. Tidak takut mati. Keduanya juga bukan orang Nusantara Asli, Ahok keturunan China, dan Rizieq keturunan Arab Yaman.  Keturunan apapun, yang jelas keduanya adalah Warga Negara Indonesia, dan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada yang kebal hukum. Jika Ahok bersalah harus di hukum, jika Habib Rizieq bersalah juga bisa dihukum juga.

Orang Indonesia itu sebagian suka kepada Ahok, dan sebagian lagi cinta kepada Rizie Shibab. Keduanya tokoh kontroversial, yang tidak akan bisa  ketemu dan bekerja sama untuk membangun dan memajukan kota Jakarta. Beragam pendapat beseliweran di media telivisi maupun medsos, baik yang pro maupun yang kontra terhadap kedua tokoh di atas. Yang jelas, keduanya menjadi topik menarik.

 Sejak Ahok melontarkan pernyataan “di bohongi pakai surat Al-Maidah 51”. Semua elemen masyarakat muslim akhirnya mengerti kandungan QS Al-Maidah ayat 51. Padahal, biasanya kaum lekaki paling suka mendalami QS Al-Nisa’ (4:3) yang isinya seputar poligami dua, tiga, atau empat. Biasanya, QS Al-Nisa' (4:3) menjadi topik menarik bagi kalangan ustad-utsad, tetapi kali ini sedang tergeser oleh Al-Maidah ayat 51 yang bertutur seputar kepemimpinan. 

Sejak itu  pula, sebagian umat islam tersinggung dan marah atas pernyataan tersebut. Umat islam sering berdemontrasi, dan puncaknya pada 411. Usai sholat jumat di Istiqlal, semua umat islam menuntut agar supaya Ahok dipenjarakan. Pada jumat 411 yang di anggap sakral itu, ribuan umat islam demo damai. Hasilnya Kapolri berjanji akan menyelesaikan masalah ini selama dua minggu. Terbukti, Kapolri mampu menyelesaikan masalah ini sebelum jumat (18/11/2016). Keputusan Kapolri menetapkan Ahok menjadi tersangka bisa meredap emosi umat islam yang sedang marah. Sebagian lagi masih belum puas. Mereka masih curiga, mera di bohongi pakai status "tersangka".

Drama politik memang menarik, dan tidak tahu kapan berahirnya. PDIP yang biasanya garang, tidak bertaji menghadapi demo 411. PDIP dan Golkar yang sering bersebarangan sekarang bersatu memilih Ahok untuk DKI Jakarta. Kedua partai besar itu sementara tetap kukuh pada pendirianya. Mereka tidak mencabut dukungan kepada Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Megawati dan Setia Novanto tetap setia dengan dengan pilihannya. Beringin yang rimbun menjadi tempat berteduh dari mereka yang sedang kepanasan politik.

Ahok meminta maaf, umat islampun memaafkanya. Itu sudah bagus dalam berdemokrasi. Bahkan, Ahok ihlas jika memang harus dipenjara. Yang tidak baik itu justru mereka yang terus mencaci maki, dan mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak pantas kepada Ahok. Karena Allah SWT dan Al-Quran, Rosulullah SAW, tidak pernah mengajarkan mencaci maki, apalagi medoakan buruk kepada sesama. Padahal, mestinya Ahok di doakan menjadi orang yang baik, atau di doakan mendapatkan hidayah Allah SWT. 

 Ahok itu siap dipejara, jika memang salah. Ahok juga bilang kalau dirinya akan taat terhadap hukum yang berlaku di Indonesia. Ahok mengajarkan kepada semua element masyarakat Indonesia akan kesadaran hukum. Bayangkan, setelah Ahok mengutip Al-Maidah 51, Ahok secara terang-terangan meminta maaf kepada umat islam. Karena merasa bersalah. Ketika dituntut, Ahok juga membuka diri, jika memang salah dan harus dipenjara, dirinya rela. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun