Tahun 1997, pertama kali kaki menginjakkan tanah suci Makkah, saya melihat masyarakat Makkah masih terlihat orisinil, baik berbusana, berfikir dan berbudaya.Â
Saya menemukan banyak pria dan wanita membaca Alquran di bus, terminal, serta dipasar dan pertokoan. Pemandangan seperti ini sangat asyik dan menyenangkan.
Seiring dengan perkembangan waktu, serta kemajuan tehnologi, pemandangan seperti itu lambat tapi pasti, mulai sirna. Pola hidup masyarakat Arab Saudi mulai berubah, dari gaya Arab Badui, menjadi gaya Amerika Milenial. Bahkan, pemerintah telah mencanangkan tahun 2030, Saudi Arabia akan seperti Amerika.
Busana Arab Arab Saudi
Dalam berbusana misalnya, kaum pria masih bangga dengan gamisnya. Sementara kaum wanita terlihat anggun dengan busana khas hitam dan cadarnya. Tetapi itu dulu, sekitar 10 tahun yang lalu. Kaum wanita berpegang teguh dengan budaya cadarnya, tetapi itu dulu, sekikiat 10 tahun yang lalu.
Tidak dipungkiri, wanita Arab Saudi paling kuat mengenggam tradisi cadar yang diyakini merupakan syariat islam. Ulamanya, mewajibkan setiap warga Negara Arab Saudi memaki cadar hitam. Terlepas dari pendapat bahwa cadar itu sunnah, wajib atau mubah. Lagi-lagi, itu pendapat ulama Arab Saudi pada masa awal-awal Wahabi Salafi.
Bisa dipastikan, setiap wanita Arab Saudi busanya pasti hitam. Dengan alasan, itu sunnah Rasulullah SAW. Juga pasti memakai cadar. Sementara, masyarakat pendatang, seperti Mesir, Turki, Yaman, India, Pakistan ikut serta busana setempat, walaupun ada yang mencuri-curi dengan membuka cadarnya.Â
Cadaran bagi wanita Saudi merupakan sebuah kehormatan. Walaupun tidak dipungkiri saat wanita Arab Saudi keluar negeri, justru kadang semakin berani membuka auratnya.
Saat saya menghadiri seminar di Arab Saudi (2019), para penyambutnya generasi milenial Arab Saudi dengan busana hitam, namun tidak memaki kedurung dan juga membuka wajahnya. Hanya saja, mereka masih malu-malu saat diajak foto bersama. Tetapi, jika diajak foto bersama tetap mau dan suka.
Revolusi busana telah mencapi puncaknya, dimana pertokoan di sekitar Masjidil Haram dan Nabawi, seperti Bin Dawud, Abraj, sebagian besar sudah memakai jasa wanita. Sebagian besar sudah tidak memakai cadar lagi. Namun, ternyata masih ada juga yang mempertahankan cadar, karena mereka berkyakinan bahwa menutup wajah itu wajib.
Bahkan Imigrasi Madinah dan Jeddah juga kadang dipenuhi dengan kaum wanita. Pokoknya, wanita Arab Saudi sekarang lebih terbuka dan asyik untuk diajak bercandaria. Mereka akan lebih asyik tidak mengenakan cadar saat melayani para pemebeli,