Nyaris, seorang santri hidupnya hanya untuk ngaji dan mengabdi kepada Kyai. Mereka yakin bahwa Kyai (ulama) itu sebagai pewaris para nabi. Dengan demikian, ngaji kitab-kitab klasik yang bersumber dari Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW merupakan ibadah kepada Allah SWT.
Para santri yang mencium tangan gurunya, mereka punya keyakinan bahwa guru-gurunya pernah bersalaman dengan guru-gurunya sehingga sanad salaman itu menyambung kepada Rosulullah SAW.
Ketika KH Ma'ruf Amin maju, semua santri Nusantara sepakat mendukungnya. Kritikan dan hujatan sudah biasa. Justru hujatan dan kritikan menjadi penyembangat. Ciri khas santri dalam urusan beginian, selalu istrikharah sebelum melangkah, juga terukur. Ketika KH Ma'ruf Amin, langkah politik ala santri, dan tirakat ala santri dilakuan. Hasilnya, mampu mengalahkan lawan-lawan politiknya.
Tanggal 20 Oktober 2019, merupakan momentum paling asyik dan dunia sarungan. Diman Rais Syuriah NU, yang pernah nyantri di Tebu Ireng dilantik menjadi wakil Presiden Republik Indonesia 2019-2024. Jika cucu KH Hasyim Asaary tokoh sentral NU menjadi Presiden, maka santri Tebu Ireng menjadi wakil Presiden.
Dilantiknya KH Ma'ruf Amin menjadi wakil Presiden, merupakan kado terindah dari santri NU-Santara untuk Sang Kyai. KH Ma'ruf dan Gus Dur seolah-olah sedang berkata "wahai kaum santri, sarungan tidak menjadi penghalang berkiprah membangun Indonesia yang damai, saling mencintai sesama anak bangsa".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H