Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fatwa Imam Besar Mengantar Jokowi Makin Besar

29 April 2019   16:07 Diperbarui: 30 April 2019   21:32 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang teman pengusaha properti di Jakarta berkata pernah berkata kepadaku,

"seorang  agamawan, jika masih silau dengan duit, maka agamawan nya diragukan".

Cara ngetesnya mudah dan gampang. Kasih duit saja, atas nama sumbangan atau sedekah jariyah dengan jumlah banyak, pasti klepek-klepek. Kalau sedikit, mungkin masih kuat, tetapi kalu sudah jumlah ratusan juta, apalagi satu kadus.

Nah, kali ini Pilpres sangat menarik sekali, saking menariknya sampai-sampai bermunculan istilah-istilah politik yang kekinian, seperti "jendeal kardus, sinting, perang badar, ganti presiden 2019, plonga plogo, grusah grusuh, ijtimak ulama berjilid-jilid, kafir dan non kafir, pancasilais, agamis. Istilah yang keluar dari Imam besar FPI "Guobolok, Jokodok, Asing dan Aseng". Istilah dari Habib Bahar "Jokowi Haid".

Jokowi sangat santai menanggapinya. Beberapa istilah yang sempat keluar dari lisan Jokowi "genderuwo, sontoloyo". Hampir-hampir, Jokowi tersinggung. Untung saja, kesabarannya pulih. Berpolitik itu harus berjiwa besar, tidak gampang marah atau Baperan. Kalah yo owes ben..

Demo berjilid-jilid, ijtimak ulama juga berjilid-jilid, namun tidak membuat Jokowi pesimis, justru semakin solid. Sosok panutan yang di sebut dengan "Imam Besar" dari tanah suci dengan mengeluarkan fatwa berkali-kali, sama sekali tidak mampu mengeser dukungan rakyat Indonesia kepada Jokowi. Justru, dibalas dengan Jokowi masuk Baitullah, dan undangan khusus di Raudhah Al-Syarifah Madinah Al-Munawarah.

Semua tokoh agama yang senafas gairah politik datang ke kediaman Habib Riziq di Makkah, mulai Amin Rais, Prabowo, Egy Sudjana, Fadli Zoon, UAS, bahkan masyarakat awam-pun berlomba-lomba datang dan berfoto ria dengan Sang Habib. Semua menganggap "Imam Besar" yang ditaati fatwa dari tanah suci. Itu semua tidak mampu menambah dukungan terhadap Prabowo dan Sandi.

Terakhir, UAS dan Hadi Hidayat, mempertontonkan ilmu kasyafnya dengan mengatakan "hasil istikharah ulama kelas wahid yang meng-diisyaratkan dukungan kepada Prabowo dan Sandi". Linangan Air mata Prabowo tidak mampu merubah takdir Tuhan. Jokowi, orang yang pantas memimpin NKRI, sebagaimana yang di diisyaratkan "Mbah Maemun Zubair dan Habib Lutfi Pekalongan".

"Mbah Maemun Zubair dan Habib Lutfi Pekalongan tidak perlu membuat narasi aneh-aneh. Cukup dengan mengalungkan sorban warna hijau kepada Jokowi, dan mencium tangan Jokowi. Sementara Habib Lutfi hanya memberikan tasbih hijau kepada Jokowi. Itu menjadi isarat bahwa Jokowi akan memimpin lagi, sekaligus menjawab drama politik UAS dan Prabowo di TV.

Semua berkata tentang Habib Riziq, ada yang mengatakan "HRS itu Wali, karena berani mengatakan kebenaran dihadapan pemimpin. Ada yang berbisik "keren bingit dan luar biasa". Namun, ada juga berkata "wali kok kata-kata kasar dan kotor, bahkan ngata-ngatain Gus Dur "Buta hati dan buta matanya"?

Bisa jadi, memang HRS benar-benar Waliyullah. Dengan cara mendukung Prabowo, sejatinya beliau ingin memenangkan Jokowi. Karena sepak terjang Waliyullah itu tidak bisa di lihat dengan kasat mata. Dengan ngata-ngatain Jokowi, kasar dan kotor jsutru sama dengan mendukung Jokowi naik menjadi Presiden lagi, dengan catatan "Jokowi sabar". dan Jokowi menghadapi cacian HRS dengan berjiwa besar dan sabar. Itulah cara wali mendukung Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun