HRS pernah ngata-ngatain Gus Dur dengan buta mata dan buta mata hatinya. Seperti biasa, ngak pernah ambil pusing, beliau-pun sering menanggapi dengan mengatakan "gitu saja kok repot".Â
HRS juga pernah mengajak Mubahalah Gus Dur yang isinya sumpah serapah, jika memang Habib Riziq yang benar, maka Gus Dur celaka. Begitu juga sebaliknya. Dan, Habib Riziq, sampai saat ini masih di Makkah, belum berani kembali ke Indonesia. Bahkan, ketika mendapat kesulitan di Yaman, justru Agus Maftuh memberikan bantuan yang notabene santri dari Gus Dur.
Hal hasil, ketika Gus Dur wafat, kembali kehariban Ilahi. Hingga sekarang ini, tidak pernah berhenti orang berziarah ke Makam Gus Dur. Bahkan, sampai ada yang berkata bahwa Gus Dur itu disebut dengan "Sunan Tebu Ireng", karena sudah jutaan orang datang berziarah ke Makamnya.Â
Dermawan, zuhud, serta sangat takdim terhadap ulama dan Habaib, itulah KH Abdurahman Wahid. Begitulah cara Gus Dur memulyakan seorang ulama dan Durriyah Rasulullah SAW.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Lubabul Hadis, diceritakan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa memuliakan orang alim maka ia memuliakan aku, barangsiapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah, dan barangsiapa memuliakan Allah mak". Syekh Nawawi telah mengajarkan kepada ulama Nusantara bagaimana cara memuliakan para ulama, termasuk memuliakan Durriyah Rasulullah SAW.
Gus Dur telah mengamalan hadis Rasulullah SAW, bagaimana beliau memuliakan ulama dan Durriyah Rasulullah SAW, dia tidak perduli walaupun ada salah satu habib mencaci makinya. Praktek nya, Gus Dur selalu mencium tangan guru-gurunya yang terdiri dari Habaib dan Kyai. Gus Dur sangat takzim kepada orang yang ber-ilmu.
Semua kenal ketua umum MUI KH. Hasan Basri era Orde Baru, dimaan pernyataan sang ketua MUI itu dimuat di surat kabar harian 1993. Dalam pernyataannya, Hasan Basri mengatakan "Tidak ada anak keturunan Rasulullah di Indonesia bahkan di dunia karena sudah dinyatakan terputus dikarenakan tidak adanya lagi keturunan Hasan dan Husein."
Orang yang paling kenceng bersuara adalah Al-Habib Muhamad al-Habsyi Kwitang. Beliau meminta kepada Al-Habib Nauval bin Jindan agar terdepan membela kehormatan anak cucunya Rasulullah Saw yang di aniaya oleh ketua MUI. Namun, kekuatan Habaib waktu itu tidak pernah diperhitungkan, karena memang lemah dan tidak memiliki marwah yang kuat di era Orde Baru yang diktator.
Ketika semua terdiam, maka Gus Dur mewakili NU, benar mati-matian membela marwah Durriyah Rasulullah SAW. Pertanyaannya, kenapa semua diam. Karena memang yang memiliki keyakinan bahwa durriyah Rasulullah SAW masih ada adalah NU.Â
Sementara yang lain, hanya menjadikan Habaib sebagai alat politik sesaat. Setelah tujuan politik selesai, selesailah semuanya. jangan heran, jika kelak HRS dan Bahar bin Smits tidak lagi diperhitungkan, karena yang selama ini mendukung sudah mendapatkan apa yang di inginkan.
Dua orang yang sekarang menjadi rujukan utama dalam masalah politik, HRS yang sembunyi di Arab Saudi. Kedua adalah Bahar bin Smith yang mencaci maki Jokowi. Keduanya memiliki suara yang lantang ketika bermanuver. Bahkan kadang melebihi dosis. Caci maki, sering keluar dari lisan mereka.Â