Enam tahun terahir ini, Universitas Negeri Malang memang sangar dalam setiap perlombaan Musabaqah Tilawatil Quran tingkat Mahasiswa. Kafilah MTQ UM selalu menjadi jagoan di setiap lomba tilawatil quran.
Bukan main-main, ini adalah jagoan Musabaqoh Tilawatil Quran. Mulai tingkat Regional, Nasional, hingga tingkat Asean, selalu juara umum. Keren kan..! Sudah pasti lawan-lawanya pusing tujuh keliling, apa kira-kira rahasianya.
Bagi dosen-dosen pengajarnya ini merupakan sebuah kebanggan yang patut di syukuri bersama. Sedangkan bagi orangtua, ini merupakan nikmat yang sangat agung, karena ternyata putra-putrinya mereka Berjaya. Sedangkan bagi para juar, ini merupakan sebuah keberhasilan dan perjuangan yang berdarah darah selama ini. Dalam bahasa Arabnya "man jadda wajad" siapa yang sungguh-sungguh pasti berhasil.
Salah satu penyebab keberhasilan mereka, menurut ulama tasawuf adalah "Ihlas". Hampir semua mahasiswa yang ikut serta dalam perlombaan tidak ada yang berkeluh kesah, walaupun kadang tempat tinggalnya tidak istimewa, makannya juga tidak istimewa, sangunya (uang saku) juga tidak banyak.Â
Kualitas Ihlas itu kadang menjadi penentu sebuah keberhasilan. Namun, tentu saja kesungguhan mereka dalam berjuang memang benar-benar luar biasa.
Bagi pejabat direktorat, mereka akan selalu bercerita di setiap perbincangan. Bahkan saat rapat, mereka tidak henti-henti membincangkan keberhasilan mahasiswa nya yang telah mengharumkan nama UM di kancal Nasional dan Internasional. Sudah pasti, rektorat akan memberikan penghargaan setinggi-tingginya terhadap keberhasilan ini. Dulu, salah satu mahasiswa jurusan Bahasa Arab pernah mendapat hadiah Umrah.
Jika dicermati, kesuksesan yang terus menerus tidak terjadi begitu saja. Sejak adanya TDI (Tafaqquh fi Al-Addin) dan BBQ (bimbingan Baca Al-Quran), yang di susul ASC (Al-Quran Study Club), ternayata menjadi rumah yang sejuk nan teduh bagi para pencinta Al-Quran. Para pencinta Al-Quran, mulai qurra (tarlil dan qori dan qoriah), tahfid (penghafal) baik pemula maupun yang sudah hafal, sahril Al-Quran, qiraah sabah.
Dan yang membuat bahagia para pengajar (dosen), ternyata penggaruh Al-Quran sangat dahsyat terhadap prilaku, pitutur serta cara berbusan mahasiswa. ASC (Al-Quran Study Club) melahirkan generasi milenial yang sangat santun.
Saya sering menyampaikan saat mengajar di awal perkuliahan di dalam kelas "setiap 10-15 menita, mata kuliah agama, di awali membaca Al-Quran terlebih dahulu". Untuk itulah, setiap mahasiswa harus berusaha menyesuaikan busananya dan tuturnya dengan kitab suci Al-Quran. Pertama mahasiswa harus memiliki wudhu (bersuci sebelum berangkat kuliah).
Lebih lanjut, sayapun mengatakan kepada mereka " orang yang belajar Al-Quran (agama), harus menjaga makanan yang dikonsumsi, menjaga pergaulan, serta jangan sampai pacaran". Ketika seseorang pacaran, secara otomatis Al-Quran tidak akan mau dihafal, karena Al-Quran itu kitab suci, hanya mau kepada orang yang menjaga kesucian.
Rupanya, ini sangat menarik bagi mereka. Secara otomatis, anak didik hadir di kelam kelas dalam kondisi suci. Ini sesuai dengan tuntunan kitab Taklim Mutaalim. Busananya juga otomatis rapid an santun. Tidak ada lagi mahasiswa yang pake busana bolong-bolong. Juga, tidak ada lagi mahasiswi yang tidak berjilbab. Walaupun di luar pendidikan Agama Islam, sebagian dari mahasiswa tidak berjilbab.