Prof.Dr. Fathi Mursidi adalah satu Dosen favoritku ketika masih duduk di bangku kuliah, tepatnya di Umm Al-Qura University Makkah. Di tenggah-tenggah mengajar tentang Syair Jahiliyah dan modern, beliau tiba-tiba cerita tentang Abu Nawas yang lucu dan suka bikin mangkel banyak orang karena kenakalannya.
Bagaimana tidak gregetan, menurut Dr. Fathi Mursidi Abu Nawas itu pernah bikin syair "Allah SWT tidak mengatakan kerusakan bagi orang-orang yang minumu, tetapi Allah mengatakan kerusakan bagi orang-orang yang sholat". Kalau, Abu Nawas hidup sekarang, pasti akan di buly habis-habisan, atau mugkin ada yang mengatakan "pelecehan agama, harus dihukum berat".
Untung Abu Nawas sudah wafat, dan yang ada sekarang menjadi buah bibir adalah Abu Tour yang mengemplang duit nya calon tamu Allah SWT dengan julmah yang fantastis. Menariknya, hingga kini masih belum ada yang mengatakan "pelecehan terhadap agama". Padahal, ribuan jamaah itu mengumpulkan duit untuk ibadah, tetapi di tipu mentah-mentah dengan mengatasnamakan "umrah".
 Ada juga yang menuduh Abu Hamzah pemilik Abu Tour adalah simpatisan donatur gerakan 212, sehingga tidak ada yang berani mengkritik nya. Semoga tidak benar, dan murni kejahatan Abu Toru dengan mengatasnamakan "umrah". Dan, jika bertaubat dan mengembalikan duit kepada jamaah, maka Allah juga maha pengampun.
Kembali membincangkan Abu Nawas yang nakal, bukan hanya itu lho, Konon Abu Nawas itu suka minum dan mabuk-mabukkan. Terang saja, sayir-syairnya benar-benar menggoda umat islam menahan amarah. Ketika mendengar penjelasan kenakalan Abu Nawas, saya-pun membayangkan sosok Abu Nawas yang bandel, nakal dan pantas mendapat julukan penista agama.
Namun, pada akhirnya, Allah SWT membuka hati Abu Nawas bertaubat kepada Allah SWT. Itu tercermin dari syair-syair Abu Nawas yang mengatakan kalau dirinya tidak di neraka, tetapi juga tidak pantas menjadi ahli surga. Rayuan seorang hamba yang banyak berbuat dosa dan menista agama.
Konon, ketika Abu Nawas wafat, seorang anak perempuan dari Abu Nawas meminta salah seorang ulama pada waktu itu untuk mensholatinya. Konon, ulama itu bernama " Imam Ahmad Ibn Hambal".
Namun, ulama itu menolak mensholatinya. Maklum semasa hidupnya, Abu Nawas itu banyak menista agama islam. Secara tidak sengaja, putrinya menemukan secarik kertas di bawah bantalnya. Â Di secarik kertas itu, tertulis bait-bait syair tentang tobatnya. Setelah membaca bait syair tobatnya, sang ulama mau mensholatinya.
Kisah Abu Nawas mengingatkan pesan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nasoihul Ibad yang mengajarkan agar supaya tidak negative thinking (Suuddhon) keada siapa-pun.
Jika melihat orang yang lebih tua, berpikirlah bahwa amal ibadahnya dibandingkan dirinya. Ketika melihat orang yang lebih muda, merenung-lah betapa sedikit dosa yang dilakukan di banding dirinya. Ketika melihat orang tidak se-iman (ahli maksiat), merenung-lah, jika suatu saat Allah SWT memberikan hidayah. Atau lebih baik mendoakan agar mendoakan hidayah. Ketika melihat diri sendiri, merenung-lah, bahwa kita tidak akan bisa menjamin diri biasa meninggal dengan membawa iman. Â Dengan demikian, tidak ada ruang sedikit-pun negatif thinking kepada sesama.
Ketika melihat Sukmawati, semua harus merenung. Bahwa, bagaimana-pun, Sukmawati itu orang islam, dan ketika salah, tidak harus dihujat. Dengan pendekatan ngopi bareng dan silaturahmi, siapa tahu, Allah SWT memberikan jalan terang seputar islam yang santun, ramah, dan benar-benar menjadi jalan yang bisa menyelamatkan manusia dari neraka.